Jakarta (ANTARA) - LSM Yayasan Kalimajari menekankan pentingnya berbagai pihak untuk secara bersama-bersama bersinergi dalam rangka meningkatkan kualitas bibit rumput laut sebagai upaya melesatkan pengembangan komoditas tersebut yang lebih terintegrasi pada masa mendatang.

"Kami mendorong kemitraan yang kuat terkait ketersediaan bibit, dan mempersiapkan bibit yang berkualitas," kata Direktur Yayasan Kalimajari IGA Agung Widiastuti dalam acara peluncuran Program Kerja Sama Pemerintah Indonesia dan Australia tentang Perbaikan Produksi Bibit Rumput Laut yang digelar di Kantor KKP, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, penting agar terbangun perspektif bahwa bibit adalah bisnis yang berkelanjutan bagi dunia usaha sehingga ke depannya akan ada banyak pelaku usaha bergerak di bibit rumput laut.

Dengan tersebarnya bibit rumput laut yang berkualitas, lanjutnya, maka ke depannya dinilai juga bisa membantu penyediaan bibit yang berkualitas bagi pembudidaya lokal di berbagai daerah. "Belum banyak swasta yang involve (terlibat), kita harus meyakinkan bahwa bibit rumput laut adalah bisnis yang sustainable (berkelanjutan)," kata Widiastuti.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Gemi Triastutik menekankan pentingnya integrasi hulu dan hilir, mengingat daerah hilirisasi lebih berorientasi di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sedangkan kawasan hulu lebih banyak di daerah-daerah seperti Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Selain permasalahan terkait bibit rumput laut, ujar Gemi, permasalahan lainnya yang menerpa komoditas tersebut antara lain adalah kurangnya kualitas SDM dan tata ruang pemanfaatan yang dinilai masih tumpang tindih.

Untuk itu, berbagai pihak terkait juga diajak berkolaborasi dan bekerjasama dalam rangka menyiapkan SDM yang mampu bersaing secara global, mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung serta terintegrasi.

Sebelumnya, KKP menyatakan, kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi sebagai daerah percontohan industrialisasi komoditas rumput laut nasional.

"Dengan potensi rumput laut yang luar biasa besar di Sumba Timur, jika mampu dimanfaatkan secara optimal dengan penggunaan bibit unggul seperti hasil kultur jaringan, maka akan turut mensuplai ketersediaan bahan baku industri yang berkualitas dalam mendukung program Presiden Joko Widodo dalam rangka percepatan industrialisasi rumput laut," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto.

Ia memaparkan, rumput laut sebagai komoditas andalan di SKPT Sumba Timur, terus didorong bukan hanya dari segi produktivitas, tapi juga didorong dalam sisi hilirnya dalam rangka mencetak rumput laut yang berkualitas ekspor.

Komoditas rumput laut selama ini, lanjutnya, juga dinilai mampu mendongkrak perekonomian masyarakat Sumba Timur.

Tercatat sejak 2015 hingga 2019, rata-rata pendapatan bersih pembudidaya rumput laut per tahun meningkat hampir 2 kali lipat, dari sebelumnya Rp53,3 juta per pada 2015 menjadi Rp105,3 juta per tahun pada 2019.

Sebelumnya, Presiden Jokowi telah menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 33 tahun 2019 tentang Peta Jalan Industrialisasi Rumput Laut Nasional.

Kementerian Kelautan dan Perikanan menjawab tantangan tersebut dengan menyiapkan berbagai strategi percepatan peningkatan produksi rumput laut dalam peta jalan industrialisasi rumput laut nasional hingga lima tahun mendatang.

"Industrialisasi rumput laut nasional merupakan sebuah langkah strategis yang akan menjembatani keterlibatan lintas sektoral dari mulai proses produksi di hulu hingga ke proses pengolahan dan pemasaran di hilir. Hal ini serupa dengan yang KKP telah lakukan di SKPT Sumba Timur dan akan diimplementasikan secara nasional," ujar Slamet.

Baca juga: KKP ingin nilai keekonomian komoditas rumput laut dioptimalkan
Baca juga: KKP: Sumba Timur percontohan industrialisasi rumput laut nasional

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2020