Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut (AL) mengungkapkan, pihaknya menemukan 198 orang manusia perahu asal Myanmar yang terapung-apung di perairan Idi Rayeuk pada Senin (2/2) dan kini dievakuasi ke Pos Angkatan Laut (Posal) setempat.

Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Selasa, mengatakan, sebagian dari manusia perahu itu juga ada yang dievakuasi ke rumah sakit setempat karena kondisi badan yang sangat lemah.

"Kami masih mendata, termasuk siapa saja yang diungsikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis sementara," ujarnya.

Iskandar mengemukakan, penemuan sejumlah manusia ini berawal dari hasil deteksi radar TNI AL di Pos Idi Rayeuk adanya sebuah perahu yang terapung-apung bermuatan sejumlah manusia pada 02 Pebruari 2009 sekitar pukul 14.00 WIB.

Perahu yang digunakan berukuran panjang 16 meter, lebar 2,5 meter tanpa nama dan tanpa mesin dalam kondisi pecah dan diikat dengan tali, tuturnya.

Berdasar hasil identifikasi tercatat 198 orang yang keseluruhannya berjenis kelamin pria. Salah satunya, dapat berbahasa melayu atas nama Rahmat, agama Islam asal negara Arkan Birma.

Semula jumlah mereka mencapai 224 orang dan selama 21 hari pelayaran telah meninggal dunia 26 orang dan dibuang ke laut.

"Hingga saat ini sejumlah manusia perahu tersebut masih diamankan di Posal TNI AL Idi Rayeuk untuk identifikasi dan sambil menunggu hasil koordinasi dengan satuan terkait," ujar Iskandar.

Sebelumnya, pada awal Januari 2009 sebanyak 193 manusia perahu asal Myanmar dan Banglades tiba di Indonesia dan ditahan di Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam, dan dalam proses pemulangan ke negara asalnya.

Berdasarkan hasil investigasi awal, mereka disinyalir pergi dari negaranya karena alasan ekonomi.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, rencana pemulangan ke negara asal manusia perahu itu masih menunggu hasil investigasi lanjutan.

Tim kedua dari Departemen Luar Negeri yang bekerja sama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) telah dikirim ke Sabang pada 28 Januari guna melakukan wawancara dengan 193 manusia perahu. Dari wawancara awal, diperoleh data bahwa dari 193 manusia perahu, 17 orang berasal dari Banglades dan selebihnya adalah orang Rohingya, etnis minoritas Muslim di Myanmar.

Lembaga-lembaga kemanusiaan telah menyerukan agar orang-orang Rohingya itu dilindungi dan tidak dipulangkan ke negara asalnya karena akan menerima perlakuan tidak manusiawi. (*)

Pewarta: surya
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009