Jakarta  (ANTARA News) - Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) Rabu pagi memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya, BI Rate, sebesar 50 basis poin menjadi 8,25 persen, dari sebelumnya 8,75 persen untuk mendorong ekonomi nasional tumbuh lebih baik. Direktur BI, Dyah N.K. Makhijani dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu, mengatakan, penurunan BI Rate itu dilakukan setelah BI mencermati dan mengevaluasi secara menyeluruh perkembangan dan situasi ekonomi dan keuangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Berbagai indikator mutakhir menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi global ternyata lebih suram daripada yang diperkirakan beberapa bulan yang lalu. Dampaknya makin terasa di dalam negeri, terutama sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan luar negeri (sektor tradables), sementara di sektor non-tradables perkembangannya relatif stabil, katanya. Selain itu, lanjut dia, pertumbuhan kredit perbankan dan besaran-besaran moneter M1 dan M2 menunjukkan perlambatan dari laju pertumbuhan yang tinggi dalam semester II 2008. Tekanan inflasi terus mereda. Dalam dua bulan berturut-turut (Desember 2008 dan Januari 2009), Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan. Namun kondisi perbankan nasional sampai saat ini masih mantap, seperti tercermin dalam perkembangan rasio kecukupan kredit (CAR) dan kredit macet (NPL) perbankan yang tetap pada batas-batas yang aman. Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas dalam pasar uang antar bank, mulai mengalami perbaikan dibanding dengan beberapa bulan yang lalu. BI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk makin memperkuat sektor perbankan Indonesia, termasuk pengelolaan likuiditas yang diperlukan dan penyempurnaan mekanisme dan sistem pengawasan bank, tuturnya. Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2009 tercatat sebesar USD 50,9 milyar atau setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2009