Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menilai penunjukkan Karen Agustiawan menjadi Direktur Utama PT Pertamina (persero) menggantikan Ari H Soemarno adalah sejarah baru bagi BUMN sektor migas. "Ini untuk pertama kali Pertamina dipimpin seorang perempuan," kata Sofyano di Jakarta, Kamis, ketika menanggapi keputusan Pemerintah yang menetapkan Karen Agustiawan sebagai Direktur Utama PT Pertamina. Menurut dia, dengan memilih seorang perempuan pada era pemberantasan korupsi punya makna kuat bagi pemerintah Presiden Yudhoyono. Pada umumnya kaum hawa lebih tahan godaan materi katimbang kaum adam. Di sisi lain, terpilihnya Karen ini juga bisa membuktikan bahwa Presiden juga peduli pada pemberdayaan kaum perempuan dan ini pasti mampu meraih simpati kaum hawa. "Ini bagus bagi kaum perempuan dan juga bagi Presiden Yudhoyono," ungkapnya. Dia berharap dengan masuknya Karen sebagai orang nomor satu di Pertamina, perusahaan migas nasional ini ke depan menjadi lebih baik lagi mengingat dia sudah cukup berpengalaman di bidang migas. "Karen punya pengalaman bagus di migas dan sebagai perempuan tentunya lebih peka terhadap masalah sensitif seperti suap sehingga berani katakan tidak untuk masalah itu," katanya. Karen memiliki kredibilitas yang mumpuni dan telah teruji sebagai direktur hulu yang memberikan kontribusi 90 persen dari total pendapatan pertamina. Dirut Pertamina yang baru ini diharapkan mampu meyakinkan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar pemerintah percaya sepenuhnya untuk memberikan konsesi ladang-ladang minyak ke Pertamina. Di sisi lain, pimpinan baru Pertamina juga harus mengubah strategi impor minyak yang selama ini dilakukan dengan membeli dari negara lain dan memperjuangkan ke pemerintah agar mendahulukan penjualan minyak kepada pertamina untuk kebutuhan dalam negeri. "Dengan begitu bisa terdapat penghematan karena tidak lagi ada "fee" untuk para "trader" (pedagang perantara) yang selama ini jadi kritikan tajam dari banyak pihak. Untuk itu, lanjut dia, direktur utama Pertamina ini diminta dapat menolak segala bentuk intervensi kepada Pertamina dari siapapun tanpa terkecuali termasuk dari pihak yang telah mengangkatnya. Sementara itu, Pemerintah menilai Karen Agustiawan merupakan figur yang tepat menjadi pemimpin Pertamina menggantikan posisi Dirut Pertamina Ari H Soemarno. "Karen berpengalaman sebagai Direktur Hulu, dan memiliki kemampuan di bidang teknis permiyakan dan gas,"kata Menneg BUMN Sofyan Djalil. Ia menjelaskan, penunjukan Karen telah melalui hasil penetapan dari Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, wakil Wapres Jusuf Kalla, dan anggota yang terdiri atas Menneg BUMN Sofyan Djalil, Menkeu Sri Mulyani dan Menneg ESDM Purnomo Yusgiantoro. Karen sebelum menjabat Direktur Hulu juga sempat sebagai staf ahli Direktur Utama Bidang Hulu Pertamina. Wanita kelahiran 19 Oktober 1958 ini juga pernah berkarir sebagai Manajer Komersial untuk Manajemen Proyek dan Konsultan, Haliburton Indonesia. Selain itu pemerintah juga menetapkan Omar S Anwar sebagai Wakil Dirut Pertamina menggantikan Iin Arifin Takhyan. Omar sebelumnya merupakan dirut PT Rio Tinto dan juga pernah menjabat direksi Bank Mandiri. Menurut Sofyan, pasangan kedua direksi tersebut merupakan kombinasi antara kemampuan teknis dan kemampuan bisnis. Dengan demikian pemerintah bisa berharap Pertamina akan menjadi perusahaan yang lebih besar lagi dengan menekankan aspek hulu, karena di sektor hulu merupakan sumber keuntungan dan sumber perusahaan. Aspek hilir dinilai Sofyan penting juga, namun banyak diwarnai aspek politik. Karen, lulusan sarjana Teknik Fisika ITB ini dinilai mampu di bidang teknis, sedangkan Omar berpengalaman dalam bisnis dan keuangan sehingga setelah dilakukan penilaian cukup intensif maka keduanya cukup kompeten untuk memimpin perusahaan sebesar Pertamina. Terkait posisi direktur hulu yang ditinggalkan Karen, Sofyan menjelaskan, masih akan dijabat Karen sendiri sebagai pelaksana tetap (Plt). Selain menetapkan dirut dan wakil dirut, TPA juga mengangkat tiga komisaris baru yaitu Gita Wirjayawan yang merupakan pendiri Ancora Capital dan mantan Presiden Direktur JP Morgan Indonesia. Humayun Bosha bekas Dirut PT Caltex Indonesia, dan Sonny Sumarsono mantan direktur Pertamina. "Tidak ada komisaris yang diganti, tetapi dilakukan penambahn tiga orang karena bisnis Pertamina sangat besar," katanya. Terkait dengan susunan direksi dan komisaris baru tersebut, Sofyan mengklaim tidak ada titipan dari orang-orang atau partai politik tertentu. "Sekarang kita masukkan orang-orang dari dalam Pertamina, ditambah dengan orang yang mengerti di bidang hulu (Humayun Bosha bekas Dirut PT Caltex Indonesia) dan Gita ahli keuangan, serta Sony bekas direksi Pertamina," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009