Jakarta, 7/2 (ANTARA) - Organisasi relawan "Medical Emergency Rescue Commite" (MER-C) Indonesia, kini terus menggalang dana tambahan dari masyarakat maupun pemerintah, bagi kepentingan menyumbang sebuah rumah sakit (RS) di Gaza Palestina, dengan berkeliling ke seluruh Nusantara. Penjelasan itu disampaikan Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad dan anggota tim pelobi ustadz Husin Hamim Alatas kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu. "Sejak hari Jumat (6/2), telah dikirimkan beberapa pengurus pusat MER-C di Jakarta ke berbagai daerah di Indonesia untuk penggalangan dana (tambahan) itu," kata Sarbini Abdul Murad. Penggalangan dana tersebut, katanya, dilakukan dengan mengadakan pertemuan akbar, melalui pengajian di masjid atau juga dengan mengajak partisipasi kalangan pemerintah daerah, dan juga masyarakat luas lainnya. "Dana tambahan ini kita butuhkan agar rencana menggabungkan dana  pemerintah Indonesia dan masyarakat untuk menyumbang pembangunan sebuah rumah sakit di Kota Gaza Palestina dapat segera terwujud," katanya. Sementara itu, anggota tim pelobi MER-C untuk misi di Gaza, Ustadz Husin Hamim Alatas mengaku optimis total dana yang dibutuhkan sebesar Rp20 miliar -- gabungan dana pemerintah dan unsur masyarakat -- dapat diwujudkan. "Insya Allah, dana sebesar itu (Rp20 miliar) bisa tercapai, dan mungkin bisa lebih mengingat selain dana pemerintah Rp10 miliar, MER-C Rp10 miliar, juga sudah ada komitmen bantuan dari organisasi lainnya," katanya. Ia menyebutkan bahwa komitmen bantuan itu juga datang dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), organisasi sosial-keagamaan Muhammadiyah, dan juga dari unsur masyarakat yang kini masih digalang oleh MER-C Indonesia. "Melihat perkembangan adanya komitmen bantuan lainnya itulah kami optimis bahwa kebutuhan untuk pembangunan rumah sakit di Gaza sebesar Rp20 miliar itu bisa terwujud," katanya. Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalikan Krisis Departemen Kesehatan (PPK Depkes) dr Rustam S Pakaya, MPH dan anggota Presidium MER-C Indonesia dr Joserizal Jurnalis, SpOT menjelaskan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia siap menyumbang satu rumah sakit baru di Kota Gaza Palestina. Untuk mewujudkan itu, dana pemerintah akan digabungkan dengan dana masyarakat yang telah diamanahkan kepada organisasi relawan medis dan kemanusiaan. Keduanya memberikan informasi tersebut, setelah melaporkan hasil keseluruhan tugas tim aju kemanusiaan Republik Indonesia (RI), yang di dalamnya tergabung unsur pemerintah, LSM, dan Ormas, dan telah mengemban misi memberikan bantuan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza, kepada Menkes Siti Fadilah Supari. "Pemerintah RI beserta rakyat Indonesia akan menyumbang satu `Rumah Sakit Indonesia` di Gaza. Tahap pertama (dana bantuan untuk RS itu) Rp20 miliar, rinciannya dari pemerintah RI 10 miliar, sedangkan dari masyarakat Indonesia yang dikumpulkan melalui MER-C Indonesia Rp10 miliar," kata Rustam S Pakaya. Kemudian, kata dia, juga menyusul dana dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Muhammadiyah dan sebagainya. "Untuk gambar disain rumah sakit sudah bagus," katanya. Sedangkan Joserizal Jurnalis menambahkan bahwa Menkes telah setuju mengalokasikan dana bantuan dari pemerintah untuk pembangunan "Rumah Sakit Indonesia" di Gaza itu sebanyak Rp10 miliar. "Beliau menyambut baik sekali pendirian rumah sakit di Gaza, dan berharap kalau bisa segera diwujudkan," katanya. Menurut dia, dengan adanya rumah sakit itu, yang kemungkinan diberi nama "Rumah Sakit Indonesia", babak baru hubungan persahabatan antara pemerintah dan rakyat Indonesia dengan Palestina menyusul hubungan diplomatik dengan dibukanya Kedubes Palestina di Jakarta, maka dapat dibangun melalui bidang kesehatan, yang kemudian bisa berkembang pada hubungan lainnya. Wacana perlunya dibangun satu rumah sakit baru di Gaza, dimunculkan MER-C Indonesia setelah selama sepekan berada di wilayah yang terus dilanda konflik itu mendapati banyak rumah sakit yang hancur dan rusak akibat dihantam peluru kendali pesawat tempur Israel. Agresi Israel atas Jalur Gaza juga mengakibatkan sekira 1.300 warga Palestina dan 13 orang Israel tewas akibat perang di Gaza itu --dan ribuan warga Gaza lainnya luka-luka--sebelum kedua pihak menyatakan mengakhiri pertempuran pada 18 Januari. Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat serangan 22 hari (sejak 27 Desember 2008). Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada Rabu (21/1). Setelah melihat kondisi yang ada, kata Joserizal, ia mendiskusikannya dengan staf teknik dan logistik MER-C Ir Faried Thalib, yang kemudian mengerucut pada lahirnya wacana perlunya dibangun satu rumah sakit dimaksud. Faried Thalib sendiri mengatakan bahwa wacana itu, saat disampaikan kepada Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Mesir Abdurrahman Mohammad (AM) Fachir juga mendapat sambutan yang baik. "Itu ide yang sangat baik," katanya mengutip pernyataan Dubes. Dalam perkembangannya, saat mereka bekerja membantu menangani korban di RS Al-Shifa Kota Gaza, maka diwujudkanlah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) MER-C Indonesia dengan Menkes Palestina di Gaza dr Bassim Naim (24/1) yang disaksikan oleh didampingi ustadz Ahmad "Abu Ja`far" Beseisa, dari Ikatan Ulama Palestina di Gaza. Ustadz Abu Ja`far menyumbangkan lahan miliknya seluas 2,7 hektar bagi kepentingan pembangunan RS tersebut. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2009