Lubuklinggau, Sumsel (ANTARA News) - Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok (Sembako) di Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dalam sepekan terakhir mengalami kenaikan drastis.

Berdasarkan pantauan pada sejumlah toko Sembako di pasar Inpres Lubuklinggau, Senin menunjukkan hampir semua jenis Sembako mengalami kenaikan seperti gula pasir, beras, susu, telor, minyak goreng curah dan terigu.

Kenaikan tertinggi terjadi pada harga gula pasir yakni mencapai 30 persen, dari sebelumnya hanya Rp5.600/Kg menjadi Rp7.600/Kg, dan pada tingkat agen Rp380 ribu/karung ukuran 50 Kg, dari sebelumnya Rp315 ribu/karung.

Kemudian beras juga mengalami kenaikan berkisar Rp200-Rp400/Kg, susu kaleng merk Bendera naik menjadi Rp8.000/kelang dari sebelumnya Rp7.900/keleng.

Kenaikan juga terjadi para harga telur ayam ras Rp23 ribu/karpet isi 30 butir, menjadi Rp24 ribu/karpet, minyak goreng curah pada tingkat agen naik menjadi Rp7.600/Kg dari sebelumnya Rp7.000/Kg.

Beberapa pedagang mengaku, harga Sembako itu naik karena harga pembeliannya pada para pamasok juga mengalami kenaikan.

"Kalau kita tergantung pembelian. Kalau harga beli pada pemasok naik, kami juga terpaksa menaikan harga jual," kata Yuyun, seorang pedagang Sembako di pasar Inpres Lubuklinggau.

Beberapa warga yang ditemui, mengaku kaget dengan kenaikan harga Sembako yang cukup drastis itu.

"Saya kaget sekali waktu belanja tadi pagi. Uang yang saya bawa sudah tidak cukup untuk membeli barang-barang yang sudah saya catat dari rumah, semuanya naik," jelas Abu Hasan (30) warga Desa Tanjung Sanai II, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

Hasan setiap hari berbelanja ke pasar Inpres Lubuklinggau untuk dijual kembali di warungnya itu, mengaku tidak menyangka akan terjadi kenaikan tersebut.

Ia mengaku, lebih memilih berbelanja ke Kota Lubulinggau dari pada ke Kota Curup, ibukota Rejang Lebong karena lebih dekat dengan desa tempat tinggalnya yang berada di perbatasan Lubuklinggau-Rejang Lebong.

Naiknya harga Sembako, juga dikeluhkan Rasmini (61), pemilik kantin di kawasan di Kecamatan Lubuklinggau Timur I, yang mengaku dengan berat hati terpaksa menaikan harga dagangannya.

"Rasanya berat sekali untuk menaikkan harga dagangan, seperti nasi, kopi dan aneka panganan lainnya, tapi kalau tidak saya akan rugi. Saya tidak dapat untunG," katanya.

Ia berhagap, agar kenaikan harga tersebut tidak berlangsung lama karena kondisi tersebut berdampak pada berkurangnya omzet penjualannya.

"Semoga bisa normal lagi. Kalau seperti ini terus penghasilan saya berkurang karena semuanya serba mahal jadi para pelanggan enggan berbelanja di sini (kantin-red)," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009