Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi turun menjadi Rp11.810/11.860 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11/750/11.775 atau melemah 60 poin.

Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan, melemahnya rupiah yang terjadi saat ini akibat penilaian pasar karena belum jelasnya bentuk stimulus pemerintah Amerika Serikat.

"Kalau melihat pergerakan mata uang di Asia yang berkembang saat ini tidak hanya rupiah yang mengalami kelemahan, tapi semua mengalami mengalami tekanan karena apa yang terjadi di Amerika, pasar ternyata tidak seoptimis apa yang dibayangkan," katanya.

Menurut dia, meski paket penyelamatan ekonomi berupa stimulus senilai 838 miliar dolar AS telah disetujui senat namun belum memiliki kejelasan, terutama untuk paket penyelamatan sektor keuangan.

"Yang terkait dengan paket pemulihan di sektor keuangan ini yang dipertanyakan kejelasannya. Detailnya pun belum jelas, sehingga pasar berpikir lain," katanya.

Hal itu mengakibatkan terjadinya perpindahan modal ke tempat yang memiliki resiko yang lebih rendah dan berkualitas, sehingga "US treasure" mengalami "really", yang membuat dolar AS menguat.

Demikian pula yen juga menguat, dan hal itu berlaku di mata uang lainnya, katanya. "Hari ini rupiah kita sadari agak melemah, tapi pastinya ini berlaku di regional," tambahnya.

Meski demikian, menurut dia Bank Indonesia (BI) akan tetap menjaga gejolak nilai tukar agar tetap terkendali.

"BI senantiasa ada di pasar, mencermati ini dan meminimalkan volatilitas (gejolak) yang ada, karena dapat mengganggu bisnis dan mengganggu perhitungan yang ada," katanya.

Rupiah, lanjut dia pada sore nanti masih akan terkoreksi, karena tekanan pasar makin kuat, akibat paket stimulus AS yang belum jelas yang menimbulkan kekhawatiran.

Akibatnya pertumbuhan ekonomi global semakin berat yang berimbas ke pasar Asia khususnya Indonesia, katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009