Kota Gaza (ANTARA News) -Israel hari Jumat membalas penembakan roket dari Jalur Gaza dengan serangan udara yang menewaskan seorang pejuang, beberapa jam setelah seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa pihaknya menyetujui gencatan senjata yang ditengahi Mesir bagi wilayah yang dihancurkan perang itu.

"Serangan udara dilakukan di Khan Yuniswilayah Israel," kata seorang jurubicara militer Israel seperti dilaporkan AFP.

Petugas-petugas medis Palestina mengatakan, seorang aktivis tewas dan tiga orang lagi cedera dalam serangan di dekat Khan Yunis di Gaza selatan itu.

Serangan tersebut ditujukan pada dua anggota kelompok bersenjata Komite Perlawanan Rakyat (PRC), kata sejumlah saksi mata.

Menurut saksi mata, serangan udara juga ditujukan pada terowongan-terowongan di sepanjang perbatasan dengan Mesir, yang kata Israel digunakan oleh kelompok pejuang Palestina untuk menyelundupkan senjata.

Sebelumnya Jumat, pejuang Gaza menembakkan dua roket ke Israel selatan, namun tidak ada korban dalam serangan tersebut, kata militer.

Seorang jurubicara mengatakan, roket-roket jarak dekat itu meledak di dekat kota Sderot, Israel selatan, daerah yang sering menjadi sasaran serangan pejuang dari wilayah kantung yang dikuasai Hamas itu.

Kekerasan itu terjadi setelah Kantor Berita Mesir MENA mengatakan pada Kamis malam bahwa Hamas menyetujui gencatan senjata 18 bulan dengan Israel di dan sekitar Gaza, dan pengumuman resmi akan segera disampaikan.

"Kami telah menyetujui gencatan senjata dengan Israel selama satu setengah tahun (sebagai imbalan) atas pembukaan seluruh enam jalan antara Jalur Gaza dan Israel," kata wakil pemimpin Hamas Mussa Abu Marzuk kepada MENA.

Penembakan roket pejuang Gaza dan serangan udara Israel berlangsung secara sporadis sejak 18 Januari, ketika Israel dan Hamas mendeklarasikan gencatan senjata secara terpisah.

Israel dikecam masyarakat internasional atas kematian-kematian yang ditimbulkannya dalam perang di Gaza.

Pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada 21 Januari.

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena gempuran Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009