Bogor (ANTARA News) - Organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Commite" (MER-C) Indonesia layak mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian atas perannya dalam tugas kemanusiaan di Jalur Gaza Palestina, seperti halnya pernah diberikan kepada "Midecins Sans Frontieres" (MSF) atau Dokter Tanpa Batas dari Prancis. Usulan itu, menurut Ketua Presidium MER-C Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad yang menghubungi ANTARA di Bogor, Minggu, disampaikan oleh Wakil Bupati Sintang, Kalimantan Barat, dr H Jarot Winarno, MPH dalam sebuah acara penggalangan dana untuk Palestina. "Atas peran kemanusiaan di bidang kesehatan selama di Gaza, MER-C Indonesia bisa dianugerahkan penghargaan Nobel Perdamaian, karena misi para relawannya di area konflik bersenjata itu," kata Wakil Bupati Sintang, Jarot Winarno seperti dikutip Sarbini. MSF dikenal sebagai organisasi kemanusiaan antarbangsa di bidang kesehatan yang dibentuk tahun 1971 oleh sekelompok dokter dan wartawan yang percaya bahwa semua orang berhak mendapatkan bantuan pada kondisi darurat. Ini berawal dari sebuah tragedi pembunuhan massal di Nigeria yang disaksikan oleh sejumlah dokter Perancis pada tahun 1967 dan partisipasi 300 dokter sebagai relawan pada saat bencana angin topan di Bangladesh tahun 1970. Organisasi yang pada tahun 1999 mendapatkan Nobel Perdamaian itu merupakan organisasi kemanusiaan non-pemerintah pertama yang memberikan bantuan kesehatan sebagai pertolongan pertama pada kondisi darurat. Namun, kegiatannya tidak hanya dilakukan pada masa darurat. Empat kegiatan utamanya adalah bantuan kesehatan bagi korban akibat konflik dan perang, intervensi kesehatan darurat seperti pada bencana alam, akses kesehatan bagi publik serta perawatan dan pengobatan AIDS/HIV. MSF dipimpin oleh sebuah dewan direktur internasional yang bertempatdi Jenewa, Swiss, dan diorganisir menjadi 20 bagian. Setiap tahunnya, sekira 3.000 dokter, perawat, bidan dan tenaga logistik direkrut untuk menjalankan berbagai proyek, tetapi hanya 1.000 yang dipekerjakan secara permanen sebagai staf untuk merekrut relawan dan menangani masalah keuangan dan hubungan dengan media.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009