New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah mengalami penurunan selama enam hari berturut-turut untuk kedua acuan minyak mentah, serta mencatat penurunan mingguan paling dalam sejak 2016. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Mei, naik 2,23 dolar AS atau 4,51 persen, menjadi menetap pada 51,90 dolar AS per barel di di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 1,99 dolar AS atau 4,45 persen menjadi ditutup pada 46,75 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak mentah melonjak di tengah harapan pengurangan produksi yang lebih dalam oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan negara-negara mitra.

OPEC dan negara-negara mitranya dijadwalkan akan mengadakan pertemuan para menteri akhir pekan ini untuk meninjau kebijakan produksi dan mengusulkan pemotongan lebih dalam pada kuartal kedua dan sesudahnya.

Rebound tajam pada Senin (2/3/2020) menandai pertumbuhan paling tajam sejak September 2019, dan mengakhiri penurunan beruntun enam hari.

Pasar minyak naik sejak awal sesi perdagangan didukung oleh antisipasi pasar terhadap penurunan produksi OPEC yang lebih kuat yang akan diputuskan dalam pertemuan kelompok pada Kamis (5/3/2020), kata catatan penelitian oleh JBC Energy.

Namun, Bank of America Global Research pada Senin (2/3/2020) memangkas ekspektasi harga rata-rata harga minyak mentah Brent dan WTI pada 2020 masing-masing sebesar delapan dolar per barel menjadi 54 dolar AS per barel dan 49 dolar AS per barel.

Bank of America Global Research mengaitkan penurunan perkiraan harga terhadap memudarnya pertumbuhan ekonomi, dan memperkirakan bahwa pertumbuhan pasokan minyak mentah AS pada 2020 dapat turun menjadi 500.000 barel per hari.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2020