Jakarta (ANTARA News) - Delapan anggota komplotan penipu dengan mengaku sebagai pejabat tinggi negara termasuk Panglima TNI digulung tim Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnaen di Jakarta, Rabu, mengatakan, kedelapan tersangka yang kini ditahan di Polda Metro Jaya itu tertangkap di Perumahan Taman Cipulir, Ciledug, Tangerang.

"Mereka mengaku sebagai pejabat negara lalu meminta uang kepada perusahaan yang menjadi rekanan pemerintah atau mengaku pejabat tinggi lalu minta uang kepada pejabat lainnya," katanya.

Bahkan, kawanan itu sempat mengaku Panglima TNI lalu meminta uang Rp100 juta kepada pejabat Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN).

"Mereka antara lain juga pernah mengaku sebagai Gubernur Bali, Kapolda Bangka Belitung, Kapolwiltabes Bandung, Bupati Karanganyar," katanya.

Para tersangka itu adalah Arif, Amir, Burhan Nur, Adi, Patri, Rizal, Laco dan Fahri.

Barang bukti yang disita antara lain mesin faks, printer, laptop, aneka kartu ATM, aneka buku tabungan dan buku petunjuk telepon.

Kasat Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Nico Afinta mengatakan, jika berhasil menggaet korban, komplotan ini mendapatkan uang Rp20 juta hingga Rp20 juta untuk satu kali pengiriman.

Agar tidak mudah tertangkap, mereka langsung menutup rekening setelah mendapatkan transfer dari korban.

"Mereka telah memakai hampir 100 rekening. Jika satu rekening menerima Rp20 juta hingga Rp30 juta maka uang yang didapatkan bisa mencapai miliaran rupiah," katanya.

Uang itu hanya dipakai untuk hidup mewah dan foya-foya di Jakarta namun ada juga yang dikirim ke kampung halamannya di Sindrap, Sulsel.

"Kalau dinilai sasaran dan jumlah uang yang ada, komplotan ini termasuk paling lihai dan paling meyakinkan jika dibandingkan dengan jaringan lain," ujarnya.

Saat berbicara dengan calon korban, salah satu tersangka mengaku sebagai ajudan pejabat lalu menghubungi para korban lewat telepon.

"Jadi, ada yang berperan sebagai ajudan pejabat, pejabat tinggi, membuka rekening, mencari data calon korban bahkan menggunakan internet dan nomor telepon 108 untuk mencari calon korban," ujarnya.

Aksi para tersangka terbongkar ketika mereka mengaku sebagai Panglima TNI dan Sekretaris Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan Depkes.

Polda Metro Jaya yang menangani kedua kasus ini lalu mengintai salah satu rumah di Perumahan Taman Cipulir karena keduanya menelpon dari lokasi yang sama.

"Mereka tertangkap di rumah itu saat sedang merencanakan untuk menipu calon korban berikutnya," ujarnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009