Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemerintah perlu mengalokasikan dana peremajaan (replanting) perkebunan karet rakyat, sekaligus bisa menyalurkan subsidi yang tepat kepada para petani karet pada saat harga karet dunia anjlok akibat krisis ekonomi global.

"Selama ini, Indonesia dan dua produsen karet terbesar lainnya yakni Thailand dan Malaysia hanya menurunkan produksi dan pasokannya ke pasar dunia. Penurunan produksi dilakukan dengan meminta petani mengurangi kegiatan penyadapannya," kata Sekjen ANRPC Djoko Said Damardjati, di Kuala Lumpur, Rabu.

Sekjen ANRPC (Association of Natural Rubber Producing Countries) itu mengatakan, tidak ada langkah lain yang dilakukan negara-negara produsen karet selain menekan produksinya agar harga karet tidak semakin anjlok.

"Ada gagasan dari beberapa negara untuk memberikan subsidi petani tetapi hanya janji-janji saja karena jika ada subsidi misalkan memberikan uang maka petani akan ambil uangnya tapi tetap saja lakukan penyadapan karet. Oleh sebab itu, Indonesia, Thailand dan Malaysia meminta para petani untuk mengurangi produksinya," katanya.

Tapi menurut dia, pemerintah Indonesia bisa saja mengalokasikan dana untuk peremajaan (replanting) perkebunan karet rakyat. Indonesia memiliki perkebunan karet terluas dari sembilan negara anggota ANRPC sekitar 3,1 juta ha, 80 persen di antaranta adalah perkebunan karet rakyat.

"Tidak semua pohon karet rakyat diremajakan. Jika petani itu punya dua hektar maka 50 persen atau 30 persennya saja yang diremajakan. Pohon yang sudah berusia di atas 25 atau 30 tahun ke atas saja yang diremajakan. Apalagi Indonesia sudah lama tidak melakukan peremajaan perkebunan karet rakyat," tambah mantan Dirjen Departemen Pertanian itu.

Pemerintah perlu membeli kayu pohon karet yang ditebang. Di Malaysia, kayu pohon karet itu bisa dijadikan bahan plywood sehingga menambah pemasukan petani karet itu sendiri.

"Pemerintah juga wajib memberikan bibit pohon karet bersubsidi kepada petani, pupuk bersubsidi dan memberikan bibit tanaman sela bersubsidi kepada petani sehingga program peremajaan ini sangat menguntungkan petani. Pertama petani terima uang dari kayu pohon karet, terus mendapat bibit pohon karet, pupuk, dan tanaman sela bersubsidi," ujar dia.

Nanti setelah lima hingga tujuh tahun kemudian, ketika harga karet naik, para petani karet Indonesia dapat menyadap karet lebih bagus dan banyak dari pohon karet baru, kata Djoko, mantan Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP).

Ia mengatakan, saat ini para petani karet sedang kesulitan akibat anjloknya harga karet dunia dampak dari krisis ekonomi global. Harga karet sebelum September 2008 mencapai 3,5 dolar AS per kg, tapi setelah Oktober 2008 hingga kini menurun drastis hingga 1,4 dolar AS per kg.

"Jatuhnya harga karet karena penurunan produksi mobil baru di dunia. Penurunan produksi mobil mengakibatkan penurunan permintaan ban mobil. Penurunan permintaan ban mobil menyebabkan penurunan permintaan karet," katanya.

Sekitar 80 persen produksi karet alam (natural) diserap oleh tiga pabrik ban mobil dunia. Ketika produksi ban mobil menurun otomatis permintaan karet alam ikut turun. "Apalagi harga minyak ikut merosot maka harga karet sintetis sebagai saingan harga karet alam menjadi lebih murah," katanya.

Jatuhnya harga karet dunia berikan dampak pada penurunan pendapatan petani karet, yang sebagian besar di Sumatera, dan sisanya di Kalimantan dan Jawa. Apalagi Indonesia merupakan pemilik perkebunan karet terbesar di dunia, tapi produksinya masih kalah dari Thailand yang memiliki perkebunan karet terluas ke-2, sekitar 2,7 juta ha. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009