Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa dengan kegagalan pembentukan negara Palestina merdeka pada 2008, sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. "Seperti diketahui, tujuan untuk mendirikan negara Palestina merdeka ini targetnya 2008, tapi karena berbagai hal tidak tercapai. Presiden tentu kecewa akan hal ini," kata Juru bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis. Oleh karena itu, lanjut dia, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Presiden menekankan perlunya diupayakan agar pembentukan negara Palestina bisa direalisasikan sesegera mungkin. "AS perlu memberikan perhatian besar terhadap upaya penyelesain konflik di Palestina. Saya kira hal ini juga menjadi kebijakan Presiden Obama (Barack Obama, red)," katanya. Kepala Negara, kata dia, juga menekankan bahwa gencatan senjata di Gaza saat ini masih labil sehingga perlu diperkuat. Menurut Dino, Presiden Yudhoyono juga menyampaikan posisi Indonesia yang mendukung "2-state solution", dimana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam kondisi damai. "Presiden juga menyatakan Indonesia akan berpartisipasi dalam pertemuan rekonstruksi Gaza di Mesir yang akan dihadiri juga oleh Menlu Clinton," ujarnya. Dalam pertemuan tadi, lanjut dia, Presiden juga menunjuk Menko Kesra Aburizal Bakrie untuk memimpin delegasi Indonesia untuk hadir dalam Konferensi Rekonstruksi Gaza di Mesir pada 2 Maret mendatang. Pada pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang 45 menit itu, Presiden juga menjelaskan mengenai perkembangan kawasan Asia Tenggara terutama tentang transformasi kawasan setelah pencanangan Piagam ASEAN. "Presiden juga menyambut baik upaya Presiden Obama untuk melakukan outreach terhadap dunia islam. Presiden mengatakan bahwa Indonesia menilai penting upaya menjembatani berbagai peradaban dan agama. Hal ini disambut baik Menlu Clinton," ujarnya. Sebelum melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Yudhoyono, Hillary telah bertemu dengan timpalannya, Menlu Hassan Wirajuda, Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan dan sejumlah tokoh masyarakat Indonesia. Mengenai pertemuannya dengan Hassan, Hillary mengungkapkan bahwa kedua menteri luar negeri membahas berbagai isu terutama mengenai keinginan "presiden dan rakyat" Indonesia dan AS untuk membenrtuk kemitraan yang lebih komprehensif. Ia antara lain menyebut kerjasama di bidang perlindungan lingkungan, perubahan iklim, perdagangan, investasi, pemajuan demokrasi, kesehatan, pendidikan, keamanan kawasan dan kontra terorisme. Sementara itu dalam acara makan malam dengan sejumlah tokoh masyarakat di Gedung Arsip Nasional, ia berkata, "jika ingin menyaksikan demokrasi, Islam dan pengakuan hak-hak perempuan berjalan selaras maka datanglah ke Indonesia". Indonesia adalah negara kedua dalam lawatan pertama Hillary ke luar negeri sebagai Menlu AS, setelah Jepang. Seusainya melakukan lawatan di Indonesia, ia dijadwalkan menuju Korea Selatan dan China.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009