Depok (ANTARA News) - Dokter spesialis anak Rumah Sakit Sentra Medika, Kota Depok, Jawa Barat, yang merawat Siadiah (7) membantah imunisasi yang dilakukan menjadi penyebab munculnya penyakit Stepen Jhonson Syndrome. "Imunisasi bukan menjadi faktor penyebab penyakit Stepen Jhonson Syndrome. Jadi tidak ada hubungan setelah imunisasi timbul bercak merah dan kehitaman," kata Dokter Spesialis Anak, Indra Sugiarno, di Depok, Sabtu. Indra memberikan penjelasan kepada wartawan terkait dengan adanya seorang siswa kelas dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), sekolah setingkat SD, Siadiah (7), harus mendapat perawatan anak di Rumah Sakit Sentra Medika, Kota Depok karena kulit tubuhnya mulai batas leher hingga paha menghitam setelah mendapatkan imunisasi TT (Tokso Tetanus) di sekolah, pada 14 Februari lalu. Ia menduga timbulnya penyakit Stepen Jhonson Syndrome yang diderita Siadiah adalah setelah meminum obat penurun panas berupa paracetamol dan puyer, usai diimunisasi. Dikatakannya obat puyer biasanya mengandung antibiotic, penicillin, dan ada kandungan sulfa. Obat tersebut bisa menajdi penyebab penyakit Stepen Jhonson Syndrome. Penyakit Stepen Jhonson Syndrome disebabkan empat faktor, yaitu pertama infeksi virus, kedua karena obat-obatan, seperti obat antidemam, antibiotic, analgesic, dan treparet sulfa. Selanjutnya ketiga karena faktor idiopathic atau faktor yang tidak diketahui sebabnya, dan keemapt bisa karena gingseng atau obat-obat herbal. "Jadi imunisasi tidak pernah menjadi faktor penyebab Stepen Jhonson Syndrome," katanya. Untuk menangani penyakit tersebut, pihak rumah sakit telah memberikan terapi obat dan terapi hypersensitivitas, karena kasus Siadiah ini hanya sedikit sekali dan tidak terjadi pada orang normal. Dokter spesialis kulit, RS Sentar Medika, dr Hapsari mengatakan hasil pengobatan yang dilakukan menunjukkan hal yang positif dan tidak ada penambahan bercak darah baru atau gejala klinis lainnya. Selain itu juga Siadiah harus mengikuti terapi sportif yakni memberikan nutrisi cukup dan cairan yang cukup agar terhidnar dari dehidrasi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009