Yogyakarta (ANTARA News) - Anmomali cuaca akibat adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini diprediksi tidak akan mengakibatkan bencana alam yang ektrem karena hal tersebut juga akan diikuti dengan proses adaptasi lingkungan. "Anomali cuaca ini tidak akan serta merta mengakibatkan banjir besar atau bencana alam lainnya yang ekstrem, karena anomali cuaca ini sifatnya pelan dan seiring dengan perubahan iklim ini manusia akan beradaptasi dan mengatasi sendiri," kata Staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Agus Triyanto, Sabtu. Ia mengatakan, perubahan iklim tersebut juga tidak akan terjadi dalam waktu yang cepat sehingga efek langsung terasa oleh manusia. "Anomali cuaca ini juga tidak serta merta cuaca langsung berubah menjadi panas sekali atau dingin sekali sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas manusia," katanya. Ia mengatakan, meski demikian diprediksi juga ada beberapa daerah yang menerima perubahan iklim tetapi tidak bisa mengubah lingkungannya untuk menyesuikan sehingga anomali cuaca ini memberi dampak yang besar terhadap kehidupan di sekitarnya. "Namun dari prediksi sementara saat ini anomali cuaca tersebut belum berdampak signifikan dan untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum teridentifikasi kawasan yang rawan terhadap dampak ini," katanya. Meski demikian, pihaknya tetap berharap agar masyarakat tetap menjaga agar perubahan iklim ini tidak semakin parah dengan mengurangi dan mencegah sesuatu yang dapat memperparah anomali cuaca. "Gerakan penghijauan atau penanaman pohon merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi dampak perubahan iklim," katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, saat ini masyarakat juga harus mewaspadai kondisi cuaca saat ini yang rawan terjadi angin kencang maupun puting beliung. "Kondisi cuaca yang beberapa hari hujan kemudian selama tiga hari panas yang terjadi di DIY saat ini sangat rawan terjadi angin kencang terutama di daerah yang sebelumnya pernah terjadi seperti Kabupaten Sleman maupun Kota Yogyakarta," katanya. Ia menambahkan, saat ini hujan mulai berkurang di wilayah DIY yang diakibatkan arah angin pertumbuhan awan hujan mulai bergeser. "Daerah pertemnuan angin mulai bergeser ke arah utara sehingga awan hujan tidak terbentuk di atas DIY, meski kemungkinan hujan masih turun di wilayah ini hingga Maret meskipun cenderung lebih rendah dibanding Februari," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009