Semarang (ANTARA News) - Krisis global masih dirasakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil di antaranya akibat pasar ekspor menurun menjadikan produk-produk tekstil membanjiri pasar domestik.

"Perusahaan tekstil melempar barangnya ke pasar dalam negeri sehingga `over` (produk tekstil melimpah, red.)," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Daerah Semarang Agung Wahono di Semarang, Selasa.

Agung mengatakan, banjirnya produk tekstil di pasar domestik menyebabkan terjadinya penumpukan yang juga diakibatkan oleh melemahnya daya beli masyarakat. Menurutnya, produk tekstil hanya akan laris pada waktu tertentu seperti hari raya atau lebaran.

Ia menjelaskan, hukum pasar yang menyatakan banyak barang maka harganya turun juga berlaku dalam pemasaran produk tekstil dan membanjirnya produk tekstil mengakibatkan harga turun hingga 15 persen.

Bukan hanya harga yang turun, tambah Agung, sepinya penjualan produk tekstil juga menjadikan perusahaan di Jawa Tengah menurunkan produksinya.

"Ada yang turun hingga 30 persen," kata Agung tanpa menyebutkan secara rinci harga tekstil dan jumlah produksi produk tekstil oleh perusahaan di Jateng.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Solichedi menyatakan, saat ini nilai ekspor sudah terkoreksi 40 persen karena negara-negara lain pertumbuhan ekonominya sudah negatif.

Ia mengatakan, negara Asia yang pertumbuhan ekonominya turun tapi masih positif hanya India dan China.

Solichedi berharap pemerintah bisa memproteksi masuknya barang-barang dari negara lain ke Indonesia karena dikhawatirkan negara-negara yang pertumbuhan ekonominya negatif akan memasarkan barang dan produk-produknya ke Indonesia.

"Gubernur Jawa Tengah sudah seharusnya membatasi masuknya barang melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah juga perlu melakukan terobosan agar masyarakat bisa membeli produk dalam negeri dengan tidak hanya sekadar himbauan tetapi perlu merubah strategi agar pasar dalam negeri bisa bergairah.

Solichedi mencontohkan, dana yang selama ini digunakan untuk promo ke luar negeri dialihkan untuk promo dalam negeri atau diberikan kepada sektor-sektor usaha sebagai stimulus.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009