Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi), Tien R. Muchtadi mendesak pemerintah memanfaatkan komponen minor "betakaroten" yang terkandung dalam minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk ditambahkan dalam proses fortifikasi minyak goreng bervitamin A.

"Dengan menggunakan minyak goreng fortifikasi vitamin A, masyarakat dapat terhindar dari penyakit infeksi, mengurangi angka kematian ibu dan anak, meningkatkan kecerdasan otak, dan meningkatkan produktivitas kerja," katanya, di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, proses fortifikasi adalah solusi masalah gizi buruk dalam upaya meningkatkan mutu gizi terhadap bahan pangan, dengan sengaja menambahkan satu atau lebih zat gizi mikro (vitamin, mineral, dan lainnya) pada bahan pangan atau produk pangan.

"Fortifikasi vitamin A ini dapat diterapkan dalam program minyak goreng yang disubsidi pemerintah saat ini. Selain menyejahterakan rakyat, dengan program ini dapat mengurangi angka kemiskinan dan menopang gizi bangsa Indonesia," ujarnya.

Terkait produksi minyak kelapa sawit, jelas dia, sejak Semester I tahun 2008 sampai awal tahun ini, secara nasional kapasitasnya mencapai 18.000 ton per hektare. Dari angka itu, selama ini sekitar 400-800 satu persejuta (part per million) selalu dibuang oleh produsen minyak goreng.

"Mereka beralasan, pembuangan itu untuk menjernihkan kualitas warna pada produksi minyak gorengnya. Padahal, dalam kandungan komponen yang terbuang itu terdapat betakaroten atau penghasil vitamin A," katanya.

Mengingat pentingnya vitamin A terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi), Thomas Darmawan, berharap, agar pemerintah dapat meminta kepada sejumlah produsen untuk tidak membuang komponen itu.

"Kami berharap, sekitar 185 produsen minyak goreng di Indonesia dapat memanfaatkan komponen itu agar difortifikasi dengan produknya," katanya.

Ia menyatakan, prospek minyak jenis ini sangat besar dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Ke depan, produk ini juga dapat diekspor untuk memenuhi kekurangan betakaroten masyarakat di negara lain. "Seperti di Afrika, yang tingkat gizi buruk masyarakatnya relatif tinggi," katanya.

Mengenai harga jual minyak jenis ini, lanjut dia, harga yang ditawarkan diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan harga jual minyak goreng yang ada di pasaran saat ini yang berkisar antara Rp8.500 hingga Rp9.000 per kilogram.

"Perkiraan harga minyak ini akan naik Rp64-Rp100 per kilogram. Besaran kenaikan ini untuk biaya fortifikasi vitamin A ke minyak goreng yang belum memiliki kandungan vitamin tersebut," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009