Jakarta (ANTARA News) - Posko pemenangan banyak didirikan caleg , termasuk caleg DPR Nurhayati Ali Assegaf di Kota Malang (Jawa Timur) yang mendirikan Nurhayati Ali Assegaf for Democracy, namun lembaga ini tidak sekadar bisa meloloskannya ke Senayan. "Saya mendirikan lembaga ini tidak untuk sesaat, khususnya hanya untuk kepentingan Pemilu. Tetapi sebagai bentuk tanggung jawab saya sebagai politisi untuk memberikan pembelajaran demokrasi kepada masyarakat secara luas," kata Nurhayati Ali Assegaf di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu. Nurhayati yang juga anggota Komisi VI (bidang investasi, perdagangan dan BUMN) dari Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR kini menjadi caleg nomor urut 1 dari Partai Demokrat untuk daerah pemilihan (Dapil) Malang Raya. Di Dapil ini, terdapat delapan kursi DPR sedangkan jumlah pemilih 2,3 juta orang dengan bilangan pembagi pemilih (BPP) sebanyak 21 ribu orang. Nurhayati Ali Assegaf Center didirikan 28 Pebruari 2009 di Graha Profesi Kota Malang. Nurhayati yang juga Wakil Sekjen DPP PD pada Pemilu 2004 sebenarnya meraih suara terbanyak tetapi karena KPU menetapkan caleg terpilih berdasarkan nomor urut dan bukannya suara terbanyak maka Nurhayati tertunda ke Senayan. Nurhayati mendapatan peluang ke Senayan melalui Pergantian Antar Waktu (PAW) yang pelantikannya sebagai anggota DPR dilakukan pada 20 Januari 2009. Kini, perempuan politisi kelahiran 17 Juli 1963 itu enjadi anggota Komisi VI DPR . Nurhayati mengemukaan, dengan penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak, perempuan memiliki peluang luas untuk bisa lolos ke lembaga legislatif. Perempuan lebih dekat dengan komunitas pemilih perempuan yang jumahnya lebih besar. Perempuan politisi juga berpeluang lebih luas untuk bertemu dengan kalangan ibu melalui kegiatan PKK atau posyandu. "Apalagi sebagai perempuan, sebagai ibu, saya tidak ingin mengecewakan mereka. Karena itu saya selalu menghadiri permintaan untuk hadir di tengah ibu-ibu.Walaupun pertemuan diakukan pada malam hari sekalipun," katanya. Melalui lembaga yang didirikan, Nurhayati juga membri pencerahan mengenai berbagai hal, termasuk terkait demokrasi, misalnya, menyampaikan penjelasan terhadap persepsi yang tidak tepat terkait caleg. Sebagian masyarakat, kata Nurhayati, memahami caleg dari persepsi yang kurang tepat. Sebagian masyarakat memahami bahwa memilih caleg sama dengan memilih kepala daerah dalam pilkada. Karena itu, caleg selalu menerima tuntutan berbagai hal, termasuk menyangkut perbaikan jalan hingga tuntutan finansial. Padahal DPR adalah legislator, bukan pelaksana pembangunan. Masyarakat menganggap DPR adalah segalanya. Kesalahan persepsi ini perlu diluruskan dan memberi pengertian bahwa DPR adalah legislator, bukan pemerintah. "Hal ini membuat saya prihatin dan mengelus dada," katanya yang menambahkan bahwa hal ini menjadi tantangan bagi Nurhayati Ali Assegaf for Democracy untuk memberi pembelajaran mengenai demokrasi kepada masyarakat dan menanamkan pemahaman bahwa demokrasi harus diiringi dengan tanggung jawab. Menghadapi sikap masyarakat yang pragmatis, pihaknya melakukan sosialisasi program partai secara cerdas, santun dan bersih serta bijak/"smart". Dengan motto itu, PD menargetkan 20 persen suara pada Pemilu legislatif 9 April 2009.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009