Yogyakarta (ANTARA News) - Sangkring Art Space (SAS) menggelar pameran seni rupa mengenang Hendro Suseno, seniman yang telah memberikan kontribusi besar bagi kesenian di Yogyakarta dan wafat sekitar tiga tahun lalu.

"Jika mengingat tiga tahun yang lalu, masyarakat seni rupa Yogyakarta merasa kehilangan sosok Hendro Suseno, yang sedikit banyak telah memberi sumbangan bagi dinamika seni rupa di kawasan itu," kata pengelola SAS Adin Wiedyardini di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, selama bertahun-tahun, peran Hendro Suseno tidak terlalu diperhatikan banyak pihak, tetapi barangkali itulah pilihan garis dedikasi yang terus ditekuni dan diyakininya.

"Itulah bagian penting dari risiko yang melekat dari posisi sosok Hendro Suseno yang sering bergerak di balik layar," katanya.

Ia mengatakan, tanpa bertendensi untuk membangun heroisasi picisan, sebenarnya Hendro Suseno merupakan sebuah "lembaga seni rupa" tanpa lembaga formal profesional. Dia bisa tampil sebagai seniman dengan karya visualnya pada satu waktu.

Pada lain kesempatan, dengan mobilitas vertikal dan horisontalnya yang telah terbangun dengan baik, Hendro Suseno mampu tampil sebagai event organizer bagi banyak perhelatan seni yang bermutu.

"Dalam format tersendiri, putra ketiga pasangan RM Saronosuwiryo dan Suyatmi itu menjelma menjadi `lembaga sosial seni` bagi rekan-rekan seniman yang berkekurangan dalam banyak segi," katanya.

Menurut dia, "lembaga Hendro Suseno" telah sekian tahun bergerak memberi warna tersendiri bagi geliat seni di Kota Yogyakarta, sekecil apapun pengakuan publik terhadap fakta ini.

"Lembaga formal profesional jelas tidak akan pernah terwujud dari dirinya karena justru ritus kesenimanannya yang kontra-rutinitas tidak memungkinkan dan menolak melangkah ke arah itu," katanya.

Ia mengatakan, barangkali nama Hendro Suseno tidak akan banyak masuk dalam berbagai pemetaan seni rupa ke depan. Itu sekedar soal politik kesenian yang bisa dikonstruksi berulang-ulang oleh siapapun.

"Namun, dalam pergaulan sosial kesenimanan di Yogyakarta, tak ayal, kita kehilangan figur seniman yang jarang marah, humoris, suka iseng, ringan tangan dengan kesadaran sosial yang amat kental," katanya.

Pameran 6 sampai 16 Maret 2009 itu menghadirkan karya Kelompok Wang Weng yang terdiri atas 11 seniman, yakni Threeda, Puthut, Petrus, Eko Rahmi, Songgo Langit Suryawasesa, Willem Kostra, Amlan, Sulis Pambudi, Joko Widodo, Yosep Praba, dan Viktor Sarjono.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009