Harare (ANTARA News) - Perdana Menteri baru Zimbabwe Morgan Tsvangirai terluka dan dirawat di rumah sakit, sementara istrinya tewas dalam kecelakaan mobil, Jumat, demikian diumumkan partainya.

Pasangan itu sedang menuju kampung halaman mereka, Buhera, dimana Tsvangirai akan mengadakan pawai pada Sabtu, namun mobil mereka ditabrak truk barang dan Susan, istrinya, tewas di lokasi kejadian, kata sejumlah pejabat partainya.

"Nyonya Tsvangirai tewas di lokasi kejadian. Kecelakaan itu terjadi antara pukul 16.00 (pukul 21.00 WIB) dan pukul 17.00, namun rinciannya masih simpang-siur," kata seorang pejabat partai Gerakan bagi Perubahan Demokratis (MDC).

"Supir truk itu tampaknya tertidur. (Tsvangirai) sedang melakukan perjalanan ke kampung halamannya di Buhera dimana ia akan mengadakan pawai Sabtu," kata seorang menteri MDC kepada AFP.

Tsvangirai dibawa ke sebuah rumah sakit swasta dan berada dalam kondisi stabil, kata seorang pejabat senior partai yang menjenguknya.

Para dokter belum memberikan pernyataan mengenai kondisi PM baru Zimbabww itu.

Tsvangirai dilantik sebagai perdana menteri pada 11 Februari oleh saingan lamanya, Presiden Robert Mugabe, dan mengatakan, prioritasnya adalah menstabilkan ekonomi yang hancur.

Pelaksanaan perjanjian pembagian kekuasaan yang ditandatangani pada September itu meningkatkan harapan rakyat Zimbabwe bahwa kepemimpinan baru bisa meringankan penderitaan luas.

Perjanjian itu telah tertahan selama berbulan-bulan karena perselisihan serta ketidakpercayaan, dan pertikaian yang terus berlangsung antara musuh-musuh sengit itu menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah mereka bisa bekerja bersama-sama untuk menjamin bantuan dan investasi mengalir masuk ke negara itu.

"Prioritas pertama saya adalah menstabilkan ekonomi," kata Tsvangirai dalam pidato pelantikannya.

Ia mendesak masyarakat internasional membantu Zimbabwe memulihkan diri.

Negara Afrika itu menderita akibat pengangguran di atas 90 persen, kenaikan harga dua kali lipat setiap hari, separuh dari 12 juta orang penduduknya membutuhkan pangan dan wabah kolera yang telah menewaskan hampir 3.500 orang.

Nasib Zimbabwe sangat bergantung pada investor asing dan donor Barat, yang telah menegaskan bahwa uang hanya akan mengalir masuk ke negara itu jika sebuah pemerintah baru yang demokratis terbentuk dan reformasi ekonomi yang berani dilakukan, seperti membatalkan kebijakan nasionalisasi.

Kemelut Zimbabwe terjadi setelah pemilihan umum tahun lalu yang dimenangi partai MDC.

Pada Maret 2008, ZANU-PF kubu Mugabe mengalami kekalahan bersejarah dalam pemilihan umum ketika MDC mencapai kemenangan dan menguasai parlemen.

Tsvangirai menang dalam pemilihan presiden namun gagal mencapai suara mayoritas. Ia menarik diri dari babak kedua pemilu pada Juni, dengan mengklaim bahwa kekerasan telah dilakukan pada para pendukungnya.

Mugabe kemudian dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden itu.

Negara-negara Barat sejauh ini menyalahkan Mugabe atas penderitaan rakyat Zimbabwe karena ia tetap mempertahankan kekuasaannya.

Namun, Mugabe (84) mengecam Inggris dan AS pada sebuah konferensi tahunan partai berkuasa ZANU-PF di Bindura pada Desember lalu dengan mengatakan bahwa hanya rakyat Zimbabwe memiliki hak untuk mendongkelnya dari kekuasan dan ia berjanji tidak akan pernah "menyerah".

Mugabe, yang berkuasa bersama partai ZANU-PF kubunya sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1980, tidak pernah menyinggung-nyinggung masalah wabah kolera yang telah merenggut ribuan jiwa sejak Agustus dalam pidatonya itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009