Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi menguat sebesar 112 poin menjadi Rp11.868/11.870 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.980/12.050, karena pelaku kembali membeli rupiah.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta mengatakan, pelaku pasar masih memburu rupiah sehingga mata uang Indonesia itu terus menguat hingga mendekati angka Rp11.500 per dolar AS.

Kenaikan rupiah saat ini dinilai wajar, setelah beberapa pekan lalu melemah yang didorong oleh membaiknya bursa Wall Street dan pasar regional, katanya.

Menurut dia, rupiah diperkirakan akan mengalami kesulitan untuk bisa mencapai angka Rp11.000 per dolar karena mata uang Indonesia hanya berkisar antara Rp11.500 sampai Rp12.000 per dolar.

"Kami optimis rupiah masih dapat bergerak naik lagi dan menjauhi angka Rp12.000 per dolar AS, karena melihat aksi beli pelaku pasar yang masih tinggi," katanya.

Kenaikan rupiah, lanjut dia, merupakan antisipasi dari perbankan yang diminta untuk segera menurunkan suku bunganya, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate).

BI Rate mengalami penurunan sebesar 1,75 poin, sedangkan tingkat suku bunga bank khususnya kredit sangat sulit untuk diturunnkan, menunggu merosotnya suku bunga dana seperti Deposito, katanya.

Faktor utama sulitnya suku bunga turun, menurut Edwin Sinaga, karena likuiditas pasar sangat ketat. Jadi perbankan hati-hati menurunkan suku bunganya, apalagi para pemilik modal besar menginginkan suku bunga tinggi, katanya.

Ia mengatakan, rupiah pada penutupan sore nanti masih berpeluang untuk menguat lagi, setelah masuknya dana Qtel (Investor asing dari Timur Tengah) yang telah melakukan tender offer (penawaran tender) dengan PT Indosat Tbk, sehingga memiliki saham sebesar 56 persen lebih.

Sentimen positif itu masih dapat memicu rupiah untuk menguat, apalagi pemerintah juga serius mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh lebih baik dengan melakukan penerbitan obligasi dan pinjaman baru dari bank dunia, ucapnya.

Apalagi, lanjut dia menjelang pemilihan umum (pemilu) diperkirakan banyak dana pengusaha Indonesia yang selama diparkir di luar negeri masuk ke pasar domestik, sehingga kebutuhan dolar yang tinggi akan dapat dipenuhi.

Akibatnya tekanan pasar terhadap rupiah semakin berkurang dan mata uang lokal itu akan semakin tumbuh dengan baik, ucapnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009