Palembang (ANTARA News) - Polisi Sumatera Selatan memeriksa intensif "orang dalam" pada Museum Balaputra Dewa, Palembang, untuk mengusut hilangnya arca Buddha dari perunggu, salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Di TKP (tempatk kejadian perkara), polisi menemukan sidik jari pada tempat penyimpanan arca yang diperkirakan raib sejak Senin (9/3) dan mendapatkan bukti kunci pengaman penyimpanan koleksi arca telah diganti, kata Kapolda Sumsel Irjen Pol Sisno Adiwinoto di Palembang, Jumat.

Polisi menemukan nyaris tidak ada kerusakan pada pintu masuk maupun lokasi sekitar arca yang ditaruh di ruang pameran itu.

"Kami menduga kuat, ada orang dalam yang banyak mengetahui seluk beluk penyimpanan benda-benda koleksi di museum itu terkait dengan kehilangan arca ini," ujar Kapolda pula.

Kamis (12/3), polisi telah memeriksa delapan orang termasuk petugas satuan pengamanan museum dan Kepala UPTD Museum Balaputra Dewa, Syafei Wahid.

"Kami masih akan mengintensifkan pemeriksaan kepada para saksi itu hari ini, untuk memastikan ada tidaknya keterlibatan orang dalam dan bukti yang mengarah kepada pelakunya," terang Kapolda lagi.

Polda Sumsel juga telah menyebar petugas untuk melacak keberadaan arca yang diperkirakan bernilai miliaran rupiah ITU ke sejumlah lokasi transaksi barang antik di Palembang dan Sumsel.

Interpol juga sudah dilapori kasus ini sehingga jaringan polisi 186 negara dapat melngawasi dan mengetahui keberadaan benda cagar budaya itu.

"Mudah-mudahan kalau benda yang hilang itu diselundupkan ke luar negeri, masih dapat dilacak dan diblokir melalui jaringan Interpol yang ada," kata Sisno.

Polisi juga akan mmeminta pertanggungjawaban kepala museum atas kasus ini dan penjelasan keterlambatan laporan kehilangan arca dari pihak museum.

Diperoleh informasi bahwa sebelumnya dua benda cagar budaya yang juga bernilai sejarah tinggi koleksi museum itu, Trisula Emas dan Batu Emas, hilang.

Sementara iru, Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin kaget dan mengungkapkan keprihatinannya atas kehilangan arca Buddha eraKerajaan Sriwijaya ini. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009