Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menegaskan akan memperpanjang masa penampungan 400 pengungsi Rohingya di Provinsi Nagroe Aceh Darussalam (NAD) hingga tercapai suatu solusi akhir. Hal itu dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuannya dengan PM Myanmar Thein Sein, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin. "Presiden menegaskan untuk 400 orang Rohingya yang ada di Aceh, ini akan diperpanjang. Untuk pemberian bantuan kemanusiaan sampai ada solusi akhir," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengutip pernyataan Presiden. Menurut Dino, Indonesia tidak hanya akan bekerja sama dengan Myanmar tetapi juga mengikutsertakan organisasi pengungsi dunia seperti UNHCR dan IOM. Presiden, kata Dino, menilai perlunya suatu solusi praktis terhadap masalah manusia perahu itu. "Sebagaimana diketahui di Hua Hin dalam KTT ASEAN disepakati perlunya suatu solusi regional untuk menangani masalah ini karena `boat people` ini perlu diselesaikan dengan melibatkan negara asal, negara transit dan negara tujuan," ujarnya. Sementara itu, PM Sein menurut Dino menyatakan bahwa pemerintah Myanmar memang memberikan perhatian besar pada masalah tersebut. Pemerintah Myanmar juga memahami perhatian yang besar di kawasan terhadap masalah Rohingya. "Pada prinsipnya mereka bersedia menerima kembali (manusia perahu Rohingya -red) asal mereka dapat membuktikan bahwa mereka penduduk Myanmar karena memang beberapa berasal dari Bangladesh dan wilayah lain Myanmar," ujarnya. Menurut Dino, dari beberapa orang yang telah diperiksa baru satu orang yang punya kartu identitas yang membuktikan memang warga Myanmar. "Mereka menyatakan proses ini akan terbuka terus dan prinsipnya bila memang bisa buktikan tinggal di Myanmar maka akan diterima kembali dengan baik, bahkan dalam waktu dekat akan ada kunjungan ke Myanmar oleh komisaris tinggi UNHCR dan ini didorong oleh Presien Yudhoyono," katanya. Sementara itu sebanyak 391 manusia perahu Rohingya kini ditampung di dua tempat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah sempat terkatung-katung di tengah laut selama beberapa lama dan diperlakukan secara tidak manusiawi oleh otoritas keamanan Thailand. Mereka tiba di wilayah provinsi paling utara Pulau Sumatera itu dalam dua gelombang, yakni 193 orang pada 7 Januari dan 198 orang pada 3 Februari. Gelombang pertama para pengungsi muslim Rohingya ditampung sementara di Pulau Weh, Sabang, sedangkan yang datang 3 Februari ditampung di Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur. Pemerintah Indonesia untuk sementara menampung para manusia perahu itu dan memfasilitasinya dengan bantuan kemanusiaan, mulai dari perawatan kesehatan, tempat tinggal, dan makanan. Namun sekalipun kelompok masyarakat di Indonesia mendesak pemerintah untuk menerima para pengungsi itu namun pemerintah mengaku kewalahan apabila berlama-lama memfasilitasi kebutuhan hidup ratusan pengungsi itu. Indonesia akan kembali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Menteri Kawasan di Bali pada 14-15 April 2009 guna membahas mengenai isu pendatang gelap, terutama yang berkaitan dengan kasus manusia perahu Rohingya.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009