Gorontalo (ANTARA News) - Tertarik dengan kelainan yang dimiliki Septiningsih Abdul (10), bocah yang memiliki wajah mirip monyet, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo akhirnya mengunjungi bocah tersebut di rumahnya.

Saat mendatangi rumah Septi di Desa Tilangobula, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango itu, dokter dari Dinkes mengumpulkan data pribadi serta kelainan yang dimiliki putri kedua pasangan Fatma Nusi (40) dan Yusni Abdul (35) itu.

"Kami baru sekedar mengumpulkan data dan selanjutnya akan melaporkan kembali kasus ini ke Departemen Kesehatan," ujar Kepala Dinkes Provinsi Gorontalo, Suhardi Nur, Selasa.

Menurut dia, sebelumnya kasus tersebut telah dilaporkan oleh Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Provinsi Gorontalo kepada Menteri Kesehatan beberapa waktu lalu.

"Menkes meminta kami untuk mengecek langsung dan akan membawa Septi ke Jakarta untuk diperiksa dan diteliti secara menyeluruh," katanya.

Meski demikian, Suhardi mengatakan sejauh ini Septi tumbuh normal seperti anak seusianya dan memiliki kondisi kesehatan yang cukup baik.

Oleh sebab itu, kata dia, rencana untuk membawa Septi ke Jakarta belum terlalu mendesak dan menunggu waktu liburan sekolah agar tak mengganggu kegiatan belajar bocah kelas dua SD itu.

Sejak lahir, Septi memiliki ciri rahang, hidung, dan telinga seperti halnya monyet, serta rambut lebat di hampir seluruh tubuhnya.

"Sejak lahir Septi memang sudah seperti ini kondisinya, bahkan waktu masih bayi rambutnya jauh lebih lebat terutama dari leher hingga ke anus," ujar ibunya, Fatma.

Tak hanya itu, Septi bahkan tak memiliki payudara dan puting, alat kemaluan yang tak sempurna serta kedua telinga yang nyaris tak memiliki lubang.

Orang tua Septi yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga tersebut sempat membawa Septi ke dokter untuk memeriksakan kelainan bentuk tubuh yang dialami putrinya.

"Kata dokter ya memang sudah begitu dan tak bisa disembuhkan, tapi saya berharap pemerintah bisa membantu kesembuhan Septi. Minimal bisa menghilangkan rambut di seluruh tubuhnya," ujar Fatma.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009