Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu sore, 10 poin menjadi Rp11.970/11.985 (Pukul 15.20 WIB) per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.960/11.975, karena aksi beli dolar masih terjadi. "Namun aksi beli mata uang asing itu relatif kecil, sehingga keterpurukan rupiah tidak begitu besar, meski dolar di pasar regional melemah, " kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, tekanan pasar terhadap rupiah relatif kecil, karena aksi beli dolar tidak besar, akibat sebagian pelaku asing hati-hati bermain di pasar uang domestik, mereka menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington. Pelaku pasar juga masih menunggu rencana Amerika Serikat (AS) yang akan menerbitkan obligasi dalam upaya menarik dolar di pasar dunia, katanya. Menurut dia, apabila AS jadi menawarkan obligasi dengan nilai yang besar, maka dikhawatirkan dampaknya sangat besar terhadap rupiah. Rupiah akan terpuruk sangat dalam, akibat sulitnya pasar domestik memenuhi kebutuhan akan dolar, ucapnya. Sementara itu investasi asing di Indonesia sampai saat ini masih terjadi yang menaha rupiah terpuruk jauh di atas angka Rp12.000 per dolar AS. Dengan adanya investasi maka pergerakan rupiah terhadap dolar AS berada dalam kisaran yang tidak melebar, ucapnya. Untuk saat ini, lanjut dia rupiah masih aman karena berada dibawah angka Rp12.000 per dolar yang sudah berlangsung sejak empat hari lalu. "Kami optimis posisi rupiah masih aman dibawah angka batas psikologis Rp12.000 per dolar, sehingga tidak perlu dikhawatirkan," ucapnya. Namun apabila AS tidak jadi menerbitkan obligasi, menurut dia maka rupiah akan menguat yang didukung pula oleh masuknya dana para pengusaha Indonesia dalam rangka pelaksanaan pemilihan umum. Apalagi Bank Indonesia (BI) saat ini memiliki cadangan devisa yang mencapai 53 miliar dolar untuk menjaga rupiah tidak liar, katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009