Dubai (ANTARA News/AFP) - Pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dalam sebuah rekaman suara yang dipasang di Internet, Kamis, mendesak muslim garis keras di Somalia untuk bangkit dan menggulingkan Presiden baru Sharif Sheikh Ahmed.

Ahmed, seorang muslim yang berhaluan moderat, terpilih sebagai presiden negara Afrika itu pada Januari lalu setelah perundingan rekonsiliasi sponsoran PBB namun menghadapi tugas berat menciptakan perdamaian bagi negara yang dilanda perang saudara sejak 1991 itu.

"Sheikh Sharif ini... harus diperangi dan digulingkan," kata Osama dalam sebuah pesan yang ditujukan pada "para juara Somalia", rekaman ketiga pemimpin Al-Qaeda itu yang disiarkan tahun ini.

"Ia seperti presiden-presiden (Arab) yang dibayar oleh musuh kita," katanya dalam rekaman itu, yang keabsahannya belum bisa segera dikonfirmasi.

Kelompok-kelompok pejuang Islamis yang mencakup milisi garis keras al-Shabaab mengobarkan perang terhadap pemerintah Somalia sejak sebelum Ahmed berkuasa, dan berjanji berperang sampai semua pasukan asing ditarik dari negara itu dan hukum sharia diberlakukan.

Al-Shabaab yang menentang pemerintah persatuan nasional yang dipimpin Ahmed menguasai sejumlah besar wilayah di negara Tanduk Afrika itu.

Osama mengatakan, Ahmed "telah berubah dan berbalik" karena "bujukan" Amerika, dan sepakat mencampur hukum sharia dengan undang-undang sipil di negara yang dilanda kekacauan itu.

Kabinet Somalia pada Selasa sepakat memberlakukan humum Islam yang akan diajukan ke parlemen untuk memperoleh persetujuan. Jumat, Ahmed membela rencana-rencana untuk melaksanan hukum Islam dengan mengatakan, hal itu "untuk memastikan bahwa orang yang mengklaim berperang untuk menegakkan hukum sharia tidak lagi memiliki alasan untuk berperang".

"Saudara-saudara muslimku di Somalia: Kalian harus waspada dengan prakarsa yang berbaju Islam... seperti prakarsa sejumlah ulama di Somalia yang memberi Sheikh Sharif waktu enam bulan untuk melaksanakan hukum Islam," kata Osama.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara Somalia sebelumnya telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal asing dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009