Jakarta (ANTARA News) - Kisruh terkait ekspor bahan baku rotan yang mengancam keberlangsungan industri rotan Cirebon segera akan dibahas di Istana.

"Presiden khawatir dengan perkembangan yang terjadi di sentra industri rotan Cirebon, karena ketiadaan bahan baku akibat semua diekspor," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris di Jakarta, Jumat.

Menurut Fahmi, sesuai dengan pesan singkat yang ia terima dari Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani, Kamis malam (26/3), Presiden telah minta kejelasan terkait masalah yang menimpa sentra industri rotan tersebut.

Ia menjelaskan kekurangan bahan baku yang dirasakan pengusaha industri mebel rotan di Cirebon telah terjadi sejak akhir 2006, setelah dikeluarkannya Permendag Nomor 12 Tahun 2005 tentang Aturan Ekspor Bahan Baku Rotan.

Departemen Perindustrian (Depperin) sendiri, menurut Menperin, telah mencoba mengurai masalah tersebut sejak 2006 tapi belum mendapat respons dari departemen terkait.

"Akhirnya kita sendiri (Depperin) yang membuka sentra industri rotan di Palu agar bahan baku rotan terserap di sana. Harusnya sentra itu juga dibangun di enam daerah lain, tapi anggaran kita kan terbatas," ujar dia.

Langkah Depperin membangun sentra industri rotan di luar Cirebon, ujar Fahmi, agar bahan baku rotan tidak diekspor keluar negeri.

Menurut dia, enam daerah penghasil lain yang seharusnya juga dibangun sentra industri rotan yakni Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Aceh, Papua, dan Jambi.

"Mustinya kita bangun di daerah-daerah penghasil rotan itu sentra industri furnitur berbasis rotan dan sentra furnitur berbasis rotan," kata Fahmi.

(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009