Tangerang (ANTARA News) - Seorang korban selamat menyebut tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung, Jumat pagi, bagaikan bencana tsunami dengan air bah setinggi sekira 10 meter menggulung menerjang rumah-rumah warga di sekitarnya.

"Air tiba-tiba menghadang rumah dengan ketinggian mencapai 10 meter seperti tsunami kecil....., maka warga berlarian menyelamatkan diri," kata Ny. Kartini (45), seorang korban selamat  yang rumahnya berada sekitar 50 meter dari bendungan Situ Gintung di Cirendeu, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Menurut Kartini, kabar tentang jebolnya tanggul Situ Gintung ia terima sekitar pukul 04.00 WIB dan ia langsung berusaha menyelamatkan diri.

Ibu enam putra itu mengaku sudah merasakan firasat kurang baik, sehingga ia mengungsikan enam anaknya bersama suami ke rumah keluarga di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Warga RT 01 RW 08 Kelurahan Cirendeu itu menyebutkan bahwa air datang dengan sangat cepat ketika banyak warga masih tidur.

Istri dari Aliansyah (50) itu tak kuasa menahan tangis karena sejumlah tetangganya hingga saat ini belum juga ditemukan oleh tim penyelamat.

Rumah Kartini yang sudah ia tempati sejak 25 tahun lalu, sekarang sudah rata dengan tanah.

Situ Gintung yang luasnya 21,4 hektar dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan berfungsi menampung air.

Setelah hujan mengguyur daerah itu Kamis (26/3) malam sampai Jumat dinihari, salah satu sisi tanggul Situ Gintung jebol dan puluhan orang tewas.

Menurut petugas posko darurat korban selamat tragedi Situ Gintung, Winda Oktavia , mengatakan bahwa sedikitnya 50 rumah warga yang hancur akibat bencana itu.

Oktavia menambahkan, saat ini pihaknya membutuhkan bantuan berupa dapur umum, MCK darurat, tenda, petugas medis dan selimut.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009