Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menyatakan, koalisi yang digalang sejumlah elit dan partai politik baru sekadar untuk memenangkan Pemilu Presiden Juli 2009, belum mengarah pada terbentuknya pemerintahan yang kuat.

"Mayoritas responden menjawab bahwa alasan di balik langkah yang mengarah pada koalisi adalah memenangkan pilpres yang berlandaskan lebih pada pragmatisme saja," kata Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Toto Sugiarto dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu.

Survei yang dilakukan terhadap terhadap 2.502 responden di 33 Provinsi pada 28 Maret sampai 1 April 2009 menunjukkan bahwa publik mengetahui tujuan koalisi  hanya untuk "melawan" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bukan untuk memperkuat pemerintahan agar dapat menang dalam bursa Pilpres. Pendapat itu dimiliki sebanyak  58,4 persen responden.

Sedangkan 11,1 persen responden menjawab tujuan koalisi partai itu hanya untuk melawan blok SBY.

"Hanya 22,7 persen responden lainnya menjawab koalisi parpol itu untuk tujuan yang lebih mendasar, yaitu menciptakan pemerintahan yang kuat. Publik tampaknya mampu membaca motif di balik berbagai langkah elite politik ini," jelasnya.

Toto menambahkan, hasil survei juga masih Susilo Bambang Yudhoyono merupakan capres eks militer yang paling banyak dipilih, yaitu sekitar 56,8 persen. Sementara, penantang dari kalangan eks militer seperti Prabowo Subianto mendapat dukungan 26,9 persen responden.

Publik yang menilai, Yudhoyono telah memiliki pengalaman, teruji dan terbukti mampu memimpin bangsa berjumlah sekitar 25,4 persen. Sedangkan alasan memilih mantan Komandan Jenderal Kopassus, yakni Prabowo Subianto karena kebijakannya yang memihak rakyat kecil non BLT.

"Selain itu alasan lain memilih Prabowo karena dia tegas, wibawa dan disiplin sekitar 23,7 persen," ujar Toto.

Sementara itu, capres lainnya yang eks-militer seperti Wiranto hanya mendapat dukungan publik atau responden sekitar 8,9 persen. Sementara, Sutiyoso mendapat dukungan publik sekitar 1,1 persen.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009