Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan siap apabila pamor atau popularitasnya turun karena perkembangan kondisi ekonomi nasional sebagai dampak krisis keuangan global yang semakin besar.

"Terkait popularitas. Saya siap menghadapi apapun, rakyat juga tahu bahwa hasil survei menyebutkan krisis ini bukan khas Indonesia dan bukan kesalahan Presiden SBY, lalu pemerintah jatuh dalam krisis," kata Presiden dalam wawancara dengan sebuah stasiun TV swasta nasional yang disiarkan di Jakarta, Minggu malam.

Menurut Presiden, rakyat juga tahu bahwa krisis keuangan bukan saja dialami Indonesia saja karena semua negara mengalami kesulitan.

"Yang penting bagi saya adalah dengan menjalani semua yang bisa saya lakukan sekuat tenaga untuk mengurangi dampak krisis keuangan ini. Apa yang bisa saya lakukan, akan saya lakukan secara terbuka dan transparan," katanya.

Presiden juga menjelaskan kembali langkah dan kebijakan yang telah dan akan terus ditempuh pemerintah dalam mengurangi dampak krisis keuangan seperti memberikan stimulus fiskal yang jumlahnya mencapai Rp73,3 triliun.

Setengah dari jumlah itu, kata Presiden, diberikan untuk melindungi rakyat yang terkena dampak krisis ini seperti petani buruh dan rakyat miskin lainnya. Sedangkan setengah lainnya untuk menggerakkan sektor riil untuk mencegah bertambahnya pengangguran baru.

"Tujuan kita adalah bagaimana mengurangi dampak krisis ini. Mudah-mudahan dalam satu-dua tahun ini ekonomi kita bisa pulih kembali," katanya.

Presiden juga menegaskan bahwa stimulus fiskal yang diberikan bukan semata-mata untuk mengurangi pajak perusahaan dan pegawai, tetapi juga diberikan kepada masyarakat miskin.

"Coba dipikir secara realistik dan memahami betul kebijakan stimulus ini. Stimulus yang diberikan bukan saja dari perpajakan," katanya.

Stimulus fiskal, menurut Presiden, juga ditujukan untuk membangun infrastruktur yang bisa membuka lapangan pekerjaan, sehingga korban-korban PHK akibat krisis keuangan bisa teratasi.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009