Bandung (ANTARA News) - Bila hasil hitung cepat (quick count) berlanjut dengan hasil penghitungan KPU, Pemilu 2009 merupakan kemenangan bagi partai reformasi. "Bila posisi keunggulan seperti hasil hitung cepat saat ini, Pemilu 2009 merupakan kemenangan bagi partai reformasi," kata Pakar Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Dr Affan Sulaeman kepada ANTARA di Bandung, Jumat. Menurut Affan, dalam pengitungan cepat menempatkan tiga partai yang lahir dari masa reformasi pada lima besar. Partai Demokrat berada di posisi teratas dengan 20,7 persen. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) di peringkat keempat dan kelima dengan raihan masing-masing sekitar tujuh dan lima persen. Sedangkan PDI Perjuangan dan Golkar yang merupakan partai lama bersaing memperebutkan posisi dua dan ketiga. "Dengan tiga partai reformasi di lima besar, jelas itu kemenangan bagi partai reformasi. Namun masa depan bangsa ini tetap harus dibangun oleh koalisi pemerintahan yang kuat dan kredible," kata Affan. Menurut Affan, penurunan performance PDI Perjuangan dan Partai Golkar tidak bisa dipungkiri sebagai dampak berdirinya partai baru yang dimotori dua purnawirawan jenderal TNI AD terutama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pimpinan Prabowo Subianto dan Partai Hanura yang dibesut Wiranto. "Suara PDIP dan Golkar banyak yang masuk Gerindra dan Hanura, namun demikian hasil penghitungan akhir di KPU akan menjawab semuanya. Namun dari pengamatan sementara ada pergeseran suara di kantong-kantong suara kedua partai itu terutama di Pulau Jawa," kata pria yang mantan anggota KPU Jawa Barat periode 2003-2008 itu. Keunggulan Partai Demokrat, kata dia akan meramaikan bursa koalisi pada Pilpres 2009 mendatang. Meski Partai Demokrat aman dengan 20,4 persen, namun pencalonan kembali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak bisa melenggang sendirian tanpa koalisi. "Jelas Demokrat harus koalisi. Kemungkinanya masih banyak bisa dengan PKS bisa juga mempertahankan Partai Golkar yang kini mengusung Jusuf Kalla. Semuanya masih akan bergeser," katanya. Meski tidak menggandeng lagi Jusuf Kalla, Demokrat masih tetap berpotensi koalisi dengan tokoh Golkar lainnya menyusul saat ini ada beberapa faksi di partai berlambang pohon beringin itu. "Dalam setiap partai ada faksi, hal itu memungkinkan koalisi partai tidak mengusung satu nama, ada tokoh lain meski keputusan ada di tiap partai, yang pasti koalisi itu harus menjamin pemerintahan effektif dan stabil," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009