Seoul, (ANTARA News) - Korea Utara, Rabu, menuduh Korea Selatan melakukan provokasi militer terhadap perbatasan mereka, yang dijaga ketat dengan memindahkan tonggak penanda.

Kantor berita resmi Korea Utara KCNA mengatakan, militer Korea Selatan baru-baru ini memindahkan penanda perbatasan itu lebih dekat ke arah pihak Korea Utara.

"Ini provokasi militer serius dan merupakan pelanggaran tanpa alasan atas Perjanjian Gencatan Senjata, disengaja dan suatu tindakan yang dipersiapkan lebih dulu untuk meningkatkan ketegangan di sepanjang daerah Garis Demarkasi Militer (MDL)," katanya. MDL adalah tanda perbatasan kedua negara.

"Provokasi yang serampangan ini merupakan kejahatan pada saat konfrontasi militer antara Korea Utara dan Korea Selatan mencapai tahap ekstrim, yakni suatu tindakan kejahatan keji untuk mencemaskan para perugas Angkatan Bersenjata Rakyat Korea dan mencampakkan mereka ke dalam kemarahan besar."

Pernyataan itu muncul saat ketegangan makin memuncak berkaitan dengan peluncuran roket Korea Utara 5 April, dan penarikan dirinya dari perundingan perlucutan nuklir enam negara.

Hubungan antar-Korea juga makin membeku, dan perundingan yang jarang terjadi Selasa berakhir hanya setelah 22 menit dibuka.

MDL terletak memanjang dengan pusat jalur penyangga seluas empat kilometer yang dikenal sebagai Zona Bebas Militer.

KCNA menyeru Korea Selatan agar segera mengembalikan penanda tersebut pada lokasi sebelumnya.

"Jika mereka tidak menerima permintaan DPRK (Korea Utara), selanjutnya kami akan mengambil tindakan untuk pertahanan diri dan para penghasut perang Korea Selatan akan sepenuhnya bertanggung jawab atas semua konsekuen berikutnya," katanya memperingatkan.

Korea Utara marah terhadap pemerintah konservatif Korea Selatan, yang bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah liberal sebelumnya, dan mengaitkan bantuan ekonomi dengan perlucutan nuklir, demikian dikutip dari AFP.(*)

Pewarta: imung
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009