Jakarta, (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meningkatkan level kewaspadaan pandemi influenza dari fase tiga ke fase empat, demikian pernyataan Direktur Jenderal WHO Margaret Chan dalam laman resmi WHO.

Dalam pernyaan resminya WHO menyatakan bahwa kewaspadaan pandemi influenza yang sebelumnya berapa pada fase tiga di mana virus influenza telah menyebabkan kasus kesakitan sporadis atau pada sekelompok kecil orang tanpa penularan antar manusia yang berpotensi mewabah kini ditingkatkan ke fase empat yang ditandai dengan adanya penularan virus influenza binatang atau manusia atau keduanya yang menimbulkan kejadian luar biasa penyakit pada tingkat komunitas.

Komite Darurat (the Emergency Committee) merekomendasikan peningkatan kewaspadaan pandemi tersebut dengan mempertimbangkan data yang tersedia tentang konfirmasi kejadian luar biasa penyakit influenza babi di Amerika Serikat, Mexico dan Kanada serta laporan kemungkinan penyebaran penyakit tersebut di wilayah yang lain.

Namun demikian, Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa penetapan fase kewaspadaan yang dibuat dengan masukan dari komite tersebut masih bisa berubah, baik kembali ke fase ketiga ataupun naik ke fase selanjutnya, sesuai dengan perkembangan epidemiologis penyakit tersebut.

Menurut dia, saat ini upaya penanggulangan mesti difokuskan pada mitigasi atau pengurangan dampak kedaruratan kesehatan tersebut.

Dalam hal ini WHO tidak merekomendasikan penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan internasional melainkan hanya menyarankan orang yang sakit menunda perjalanan internasional dan orang yang mengalami gejala serupa influenza segera meminta bantuan medis.

Selain itu Direktur Jenderal juga meminta produksi vaksin influenza biasa dilanjutkan dan akan memfasilitasi pengembangan vaksin yang efektif melawan virus influenza tipe A subtipe H1N1.

Berkenaan dengan hal itu Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya penyakit flu babi pada manusia.

"Sampai sekarang memang belum ada laporan kasus tapi bukan berarti kita bisa mengecilkan masalah ini. Kita harus tetap waspada," katanya.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi penularan penyakit flu babi pemerintah telah menyediakan dana, memperketat pengawasan lalu lintas orang dan barang antar negara di pelabuhan laut dan udara, mengaktifkan 80 pusat surveilans influenza dan pneumonia, menyiapkan stok obat antivirus, menyiapkan laboratorium pemeriksaan spesimen virus, serta menyebarluaskan informasi mengenai penyakit influenza babi.

"Sebanyak 100 rumah sakit rujukan penanganan flu burung juga akan diperkuat kapasitasnya sehingga sekaligus bisa untuk menangani kasus flu babi pada manusia," katanya.

Menurut WHO, berdasarkan sejumlah faktor epidemiologi pada manusia sebelum terdapat enam fase global pandemi influenza yang dikelompokkan dalam tiga periode yakni periode interpandemi, periode waspada pandemi, dan periode pandemi.

Periode interpandemi terdiri atas fase satu yang ditandai adanya infeksi virus influenza pada binatang dengan resiko penularan rendah pada manusia dan fase dua dimana sudah ada infeksi virus influenza pada binatang dengan resiko penularan tinggi pada manusia.

Periode waspada pandemi terdiri atas fase tiga dan fase empat. Fase tiga terjadi ketika sudah ada infeksi virus influenza binatang pada manusia namun masih terbatas pada kontak dekat dan tidak ada penularan antar manusia sementara fase empat terjadi bila sudah ada infeksi virus influenza pada manusia dengan bukti penularan antar manusia secara terbatas atau hanya pada kelompok-kelompok kecil.

Selanjutnya, periode pandemi, meliputi fase kelima dan keenam. Fase lima ditandai dengan adanya infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang semakin luas dan fase enam (pandemi) terjadi jika sudah ada penularan virus influenza yang meningkat dan berkesinambungan pada masyarakat umum.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009