Semarang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Jawa Tengah mewaspadai dan memberi perhatian khusus terhadap tiga daerah pemasok babi terbesar di provinsi itu dalam upaya pencegahan merebaknya kasus flu babi.

"Tiga daerah yang mendapat perhatian khusus tersebut adalah Solo, Karanganyar, dan Sukoharjo," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Hartanto, di Semarang, Selasa.

Sebagai salah satu tindakan pencegahan yang dilakukan Dinkes antara lain pendistribusian ratusan dosis obat tamiflu ke seluruh Puskesmas di Jawa Tengah.

"Dinkes juga telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Jateng untuk mendistribusikan tamiflu ke seluruh puskesmas," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah provinsi (pemprov) Jateng telah meminta tiga bandara internasional yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, dan Bandara Adi Sumarmo Solo untuk memasang alat pendeteksi penyakit flu babi dan cairan disinfektan.

"Pemasangan alat itu terutama untuk kedatangan penumpang dan barang-barang dari Singapura," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan kasus flu babi meskipun telah ada tiga daerah pemasok babi yang mendapat perhatian khusus dar Dinkes.

"Karena peternak babi di Jateng selalu mengandangkan ternaknya, sehingga mudah untuk melakukan vaksin maupun pencegahan penularan seandainya ditemukan kasus flu babi," katanya.

Flu babi merupakan sejenis influenza yang disebabkan oleh virus influenza A, subtipe H1N1.

Gejala flu babi yang menyerang pada manusia adalah demam tinggi, sesak nafas disertai mual, muntah, dan diare. Sedangkan masa inkubasinya 3-5 hari.

Sementara pencegahannya dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan kebersihan serta menghindari kontak langsung dengan babi.

Meski hingga kini belum ditemukan kasus flu babi yang menyerang manusia dan hewan babi di Indonesia namun penyebaran kasus flu babi kini telah mencapai Eropa.

Di daerah asal flu babi mulai merebak, Meksiko, korban tewas akibat flu babi telah mencapai lebih dari 140 orang.
(*)

Pewarta: anton
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009