New York, (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia merosot pada Selasa waktu setempat, karena pasar mengaitkan eskalasi internasional munculnya flu babi dapat menunda pemulihan dari krisis ekonomi global, kata para dealer.

Kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, turun 22 sen menjadi ditutup pada 49,92 dolar AS per barel, demikian dikutip dari AFP.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, turun 33 sen menjadi mantap pada 49,99 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka telah merosot hampir 1,50 dolar AS per barel pada Senin, di tengah kekhawatiran bahwa krisis flu babi yang meledak di Meksiko dan telah meluas dengan cepat ke negara-negara seluruh dunia, akan menghambat permintaan energi yang telah melemah akibat krisis ekonomi terburuk dalam dekade terakhir.

"Kami memiliki kekhawatiran besar tentang permintaan sebelum .... di sana ada kekhawatiran bahwa ini dapat menjadi lebih buruk," kata Bart Melek dari BMO Capital Markets.

Krisis flu babi muncul ketika banyak ekonom dan para pejabat baru-baru ini telah menunjukkan sinyal tentatif pemulihan dari kontraksi global yang diproyeksikan Dana Moneter Internasional (IMF) pada 1,3 persen pada tahun ini.

"Berjangkitnya wabah ini akan memperlambat langkah pemulihan," kata Melek.

Pasar minyak telah mendapat dukungan dari pasar saham sejak awal Maret, sementara beberapa data ekonomi telah menyediakan secercah harapan bahwa kemerosotan ekonomi mulai melambat.

Harga minyak, yang telah turun di bawah 35 dolar AS pada Desember, telah naik ke kisaran 50 dolar AS per barel dalam pekan-pekan terakhir ini.

Namun, merebaknya krisis flu babi yang meluas ke negara-negara seluruh dunia telah menggerus kepercayaan pasar.

"Ini dikhawatirkan melemahkan perjalanan udara dan arus perdagangan global," kata analis Barclays Capital dalam sebuah catatannya.

Sejumlah negara telah mengeluakan peringatan perjalanan untuk bepergian ke Meksiko, dan maskapai penerbangan telah terpukul oleh banyaknya pembatalan pemesanan.

Asosiasai Transportasi Udara Internasional (IATA) yang mewakili sekitar 230 maskapai penerbangan, telah memperingatkan para anggotanya mengkaji kembali rencana kesiapsiagaannya untuk sebuah kesehatan publik darurat.

Pada 2003 wabah SAR (Severe Acute Respiratory Syndrome) telah mengirimkan industri penerbangan ke dalam sebuah kemerosotan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009