Jakarta (ANTARA News) - Meski dilandasi pesimisme, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dapat diikuti penurunan signifikan pada suku bunga pinjaman untuk mendongkrak kinerja dunia usaha di dalam negeri.

"Komunitas pengusaha masih mengharapkan penurunan suku bunga pinjaman dalam skala yang signifikan, sedikit di atas atau di bawah 10 persen," kata Ketua Komite Tetap Perdagangan Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo, di Jakarta, Selasa, menanggapi penurunan BI rate menjadi 7,25 persen.

Bambang agak ragu penurunan BI rate saat ini mampu mendorong penurunan suku bunga oleh perbankan di dalam negeri. Pasalnya, sudah beberapa bulan terakhir otoritas moneter menurunkan BI rate, namun kebijakan itu tidak berdampak signifikan pada penurunan bunga pinjaman.

"Kami agak ragu, karena rangkaian penurunan BI rate sebelumnya sudah terbukti gagal menurunkan suku bunga pinjaman bank," ujarnya.

Menurut dia, hal itu terkait masih keringnya likuiditas di dalam negeri dan perbankan nasional menanggung menanggung beban bunga deposito yang tinggi. Akibatnya, lanjut Bambang, suku bunga pinjaman antarbank pun masih sangat tinggi

"Dari fakta itu sulit mengharapkan penurunan suku bunga pinjaman bank bisa turun dalam skala signifikan," ujarnya pesimis. Problem utama, kata dia, yang harus diatasi adalah pemulihan likuiditas.

"Kadin sudah usulkan agar BI mengambil inisiatif merealisasikan `pooling fund`," katanya. "Pooling fund" merupakan dana bersama dari bank-bank terutama bank besar yang bersedia menempatkan kelebihan likuiditasnya. Ia mengusulkan agar pengelolaan dan pengawasaan penggunaan dana itu sendiri harus dilakukan unsur yang independen.

Menurut Bambang, dengan fasilitas itu maka semua bank, terutama bank kecil yang sebelumnya kesulitan mendapatkan dana mekanisme pinjaman antarbank, mendapatkan akses meminjam dari "pooling fund." Dengan demikian, lanjut dia, kegiatan pinjam meminjam antarbank menjadi lebih terkontrol, sekaligus memperkecil spekulasi oleh bank.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009