Jakarta (ANTARA News) - Serangan demam berdarah dengue (BDB) menyebabkan sedikitnya 25 orang di DKI Jakarta meninggal dunia selama Januari hingga 7 Mei lalu.

"Padahal, sepanjang tahun 2008 jumlah korban meninggal dunia akibat demam berdarah hanya 26 orang," kata Kepala Bagian Humas Dinas Kesehatan DKI Jakarta, drg Tini Suryanti, di Jakarta, Jumat, yang didampingi Kepala Seksi Wabah dan Survelians.

Selama Januari hingga 7 Mei tercatat ada 17.028 orang yang diduga terjangkit BDB.

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya jumlah korban meninggal dunia akibat demam berdarah.

Diantaranya, pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dan bahaya masih cukup minim, prilaku masyarakat terhadap pola hidup sehat juga masih rendah.

Penderita terlambat mendapatkan perawatan dari petugas kesehatan, terbatasnya sarana dan prasarana untuk pertolongan pertama di lapangan

"Dan tingkat keganasan penyakit demam berdarah yang tidak dapat dilawan," katanya.

Padahal, lanjut Tini pemerintah DKI Jakarta telah cukup gencar melakukan sosialisasi khusus untuk penanganan penyakit demam berdarah.

Seperti mengalokasikan anggaran khusus untuk operasional juru mantik (Jumatik) yang dibentuk setiap RT satu orang.

"Jumatik tersebut bertugas memberikan pengetahuan kepada masyarakat di lingkungannya tentang demam berdarah, dan cara menanggulanginya," ujar dia.

Selain itu, sosialisasi tentang DBD dan bahayanya juga telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan instansi dan pihak lain.

Berdasarkan laporan yang diterima di Dinas Kesehatan DKI Jakarta dari rumah sakit di wilayah itu, jumlah penderita penyakit demam berdarah tahun 2006 sebanyak 24.930 orang dan sebanyak 52 orang meninggal dunia.

Tahun 2007 sebanyak 31.836 orang penderita DBD dan sebanyak 86 orang meninggal dunia, serta tahun 2008 sebanyak 28.361 orang dengan korban meninggal dunia sebanyak 26 orang.

Dr I Gede Subagya, Koordinator Penyakit Menular pada Puskesmas Gambir, mengatakan, pihaknya secara terus-menerus melakukan sosialisasi ke sekolah, kelompok ibu-ibu, serta kelompok masyarakat lainnya.

"Kami telah melakukan sosialisasi secara rutin di lingkungan kami," katanya.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009