Moskow (ANTARA News/Reuters) - Rusia akan menandatangani sebuah perjanjian mengenai pembukaan pangkalan-pangkalan militer di Abkhazia dalam dua pekan mendatang, kata pemimpin wilayah separatis yang didukung Moskow itu.

"Perjanjian itu sudah siap. Saya rasa itu akan ditandatangani dalam dua pekan ini," kata Presiden Abkhazia Sergei Bagapsh, seperti dikutip oleh kantor-kantor berita Rusia, setelah pertemuannya dengan Perdana Menteri Vladimir Putin di daerah berdekatan Sochi.

"Tanah telah ditetapkan... pekerjaan sudah dimulai di sana. Kami hanya menunggu perjanjian ditandangani antara republik (Abkhazia) dan Kementerian Pertahanan Rusia," kata Kantor Berita RIA mengutip Bagapsh.

Para pejabat Abkhazia mengatakan, Rusia akan membuka sebuah pangkalan angkatan laut di Ochamchire, yang dikenal sebagai Ochamchira oleh separatis Abkhazia, dan sebuah bekas pangkalan pasukan lintas udara di kota Gudauta.

Selain Abkhazia, wilayah lain yang memisahkan diri dari Georgia adalah Ossetia Selatan.

Pasukan Rusia memasuki Georgia untuk mematahkan upaya militer Georgia menguasai lagi Ossetia Selatan pada 7-8 Agustus. Perang lima hari pada Agustus itu meletus ketika Tbilisi berusaha memulihkan kekuasannya dengan kekuatan militer di kawasan Ossetia Selatan yang memisahkan diri dari Georgia pada 1992, setelah runtuhnya Uni Sovyet.

Selama perang, Rusia mengirim kapal-kapal perangnya ke Abkhazia dan mendaratkan marinirnya di lokasi pangkalan angkatan laut yang direncanakan itu.

NATO membekukan pertemuan tingkat tinggi dengan Rusia setelah Moskow mengirim pasukan ke Georgia pada Agustus lalu dan kemudian mengakui kemerdekaan kedua wilayah separatis Georgia itu, Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Pertemuan Dewan NATO-Rusia -- forum dimana aliansi militer terbesar dunia itu dan Moskow bekerja bersama-sama dalam menghadapi tantangan keamanan dan membahas banyak perbedaan mereka -- baru dimulai lagi akhir-akhir ini dalam sebuah tingkat informal.

Georgia dan Rusia tetap berselisih setelah perang singkat antara mereka pada Agustus tahun lalu menyangkut Ossetia Selatan.

Ossetia Selatan dan Abkhazia memisahkan diri dari Georgia pada awal 1990-an. Kedua wilayah separatis itu bergantung hampir sepenuhnya pada Rusia atas bantuan finansial, militer dan diplomatik.

Georgia tetap mengklaim kedaulatan atas kedua wilayah tersebut dan mendapat dukungan dari Barat

Ossetia Selatan pada 11/3 menyatakan akan mengizinkan pasukan Rusia menggunakan wilayah tersebut untuk pangkalan militer selama 99 tahun.

Pemimpin Abkhazia Sergei Bagapsh juga mengatakan sebelumnya pada Maret, provinsi itu akan segera menandatangani sebuah perjanjian yang mengizinkan Rusia membangun sebuah pangkalan di wilayah separatis lain Georgia itu untuk kurun waktu 49 tahun.

Rencana Rusia untuk tetap menempatkan ribuan prajurit di Abkhazia dan Ossetia Selatan telah membuat marah Tbilisi dan sekutu-sekutu Barat-nya, yang mengatakan bahwa hal itu melanggar gencatan senjata yang mengakhiri perang.

Pengakuan Moskow atas kemerdekaan kedua wilayah itu menyulut kecaman dari Georgia dan banyak negara Barat.

Rusia meresmikan pengakuannya atas kemerdekaan kedua wilayah Georgia yang memisahkan diri itu, Ossetia Selatan dan Abkhazia, pada 16 Januari ketika Presiden Dmitry Medvedev menerima duta-duta besar pertama mereka yang bersanding sejajar dengan para duta besar dari negara anggota NATO.

Nikaragua memberikan "pengakuan penuh" kepada republik-republik Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai "anggota baru komunitas negara merdeka dunia".(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009