Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan rekannya dari Afghanistan dan Pakistan menyatakan komitmen bersama mereka untuk memerangi ekstrimisme Islam dan penyelundupan obat bius di kawasan itu.

Ahmadinejad, Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Asif Ali Zardari dari Pakistan Minggu menandatangani dokumen -- Deklarasi Teheran -- yang menetapkan mereka akan bekerja untuk membawa keamanan ke kawasan itu.

"Semua tiga negara, dengan mengandalkan pada kekuatan, organisasi yang baik dan kerjasama mereka, akan dapat memecahkan masalah itu," Ahmadinejad mengatakan pada sidang penutupan pertemuan puncak tersebut, merujuk pada ekstrimisme Islam dan penyelundupan narkotika.

"Deklarasi Teheran adalah deklarasi serius mengenai kerjasama komprehensif untuk mencapai kepentingan semua tiga negara."

Karzai, yang negaranya menghadapi perlawanan berapi-api Taliban dan merupakan penghasil opium terbesar di dunia, mengatakan pertemuan puncak itu "diperlukan di bagian dunia ini".

"Kita menghadapi beberapa masalah, tapi ada juga kesempatan untuk menemukan pemecahan melalui dialog dan pembicaraan. Kita harus menghasilkan keamanan dan stabilitas bagi generasi kita pada masa depan yang hidup di kawasan ini."

Zardari mengatakan Islamabad telah mengikatkan diri untuk memerangi ancaman "terorisme, ekstrimisme dan narkotika yang telah mengancam kawasan ini."

"Kita dapat mengatasi (ancaman) itu melalui pendekatan yang komprehensif," katanya.

Pertemuan puncak itu menyusul penangkapan obat bius terbesar yang pernah terjadi oleh Afghanistan dalam operasi yang berakhir Sabtu di sebuah kubukuat Taliban dan pusat produksi opium di bagian selatan negara itu, di mana tentara telah membunuh 60 gerilyawan.

Afghanistan adalah sumber 90 persen dari opium dunia, sebagian besar telah diubah menjadi heroin di negara itu dan diselundupkan keluar melalui Pakistan dan Iran, tempat penggunaan obat bius bertambah.

Ahmadinejad, merujuk pada pasukan pimpinan-AS di Afghanistan, mengatakan pada sidang pembukaan pertemuan puncak itu, kehadiran pasukan asing "tidak berhasil" dalam menstabilkan kawasan tersebut.

Kementerian luar negeri Kabul mengatakan, Sabtu, pertemuan puncak itu ditujukan untuk menciptakan "mekanisme" bagi konsultasi tingkat-tinggi reguler antara ketiga tetangga tersebut.

Mereka akan menyoroti komitmen yang terbagi untuk "memberantas ekstrimisme, terorisme dan obat bius yang bertentangan dengan keyakinan dan moral Islam, serta kebudayaan dan tradisi tiga negara Islam itu", katanya.

Ketiga pemerintah itu juga menginginkan kerjasama lebih dekat dalam pertanian, perdagangan, angkutan, kesehatan dan energi, kementerian tersebut menambahkan.

Zardari Minggu mengusulkan agar pertemuan puncak tiga-arah yang akan datang diadakan di Pakistan. Ia juga menyerukan "pertemuan tiga pihak mengenai pembangunan" yang terpisah.

Ahmadinejad, Karzai dan Zardari telah bertemu kurang dari tiga bulan lalu di Teheran dengan para pemimpin negara tetangga lainnya untuk pertemuan puncak ekonomi regional yang berjanji untuk membantu membangun kembali Afghanistan yang dirusak-perang.

Pertemuan puncak Teheran itu tiba ketika pemerintah Presiden AS Barack Obama bekerja untuk melibatkan Iran dalam upaya untuk membangun kembali Afghanistan. Iran menghadiri konferensi internasional dukungan-AS di Den Haag 31 Maret lalu.

Melibatkan Iran merupakan bagian dari strategi Obama untuk menjamin bantuan semua tetangga Afghanistan dalam pembangunan kembali negara yang telah memerangi perlawanan Taliban yang didorong oleh militansi Islam yang meningkat di Pakistan.

Meskipun ada persaingan, Washington dan Teheran menganggap musuh Taliban, milisi ekstrim Muslim Sunni yang pada awalnya didukung oleh Pakistan, yang memerintah di Kabul pada 1996-2001.

Iran yang Syiah, yang memiliki hubungan etnik dan agama yang dekat dengan Afghanistan, telah lama menderita karena efek produksi obat bius di tetangga timurnya itu, dengan heroin yang tersedia dengan mudah mendorong peningkatan besar dalam penggunaan obat bius di negara itu.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009