"Kalau bisa, pemerintah adakan waktu untuk kita bekerja tidak seperti biasa. Misalnya 14 hari kerja, 14 hari libur," kata Nurdiansyah saat membagikan cerita dan opininya selama menangani COVID-19 dalam konferensi pers di Gedung Graha BNPB, Minggu.
Baca juga: Pakar: Bukan dokter dan pemerintah, publik garda terdepan lawan corona
Baca juga: Olimpian turun tangan rawat pasien COVID-19 di garda terdepan
Baca juga: Erick: Perjuangan tenaga medis di garda terdepan COVID-19 luar biasa
Nurdiansyah mengaku selama bekerja menangani pasien COVID-19, tidak ada perubahan pola waktu kerja. Ia tetap bekerja sesuai dengan aturan yang sama seperti saat sebelum COVID-19 merebak di Indonesia khususnya di ibu kota.
Ia pun menceritakan bahwa sudah sebulan ia tidak bertemu keluarga karena harus menjadi garda terdepan yang mengurus pasien-pasien terinfeksi COVID-19.
"Jujur saya sudah sebulan lebih tidak bertemu dengan orang tua. Saya memang khawatir, karena orang tua saya memiliki penyakit penyerta (komorbid)," ujar Nurdiansyah.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2020/04/18/kesiapan-rumah-sakit-pertamina-jaya-rawat-pasien-covid-19-q8d6m1-prv.jpg)
Meski raut wajahnya terlihat sedih usai membagikan kisahnya, Nurdiansyah tetap mengapresiasi pemerintah karena telah menyediakan fasilitas yang layak bagi para petugas medis selama merawat pasien-pasien COVID-19.
"Alhamdullilah pemerintah sudah memberikan penginapan untuk teman-teman agar bisa transit dan beristirahat," kata Nurdiansyah.
Lebih lanjut, Nurdiansyah berpesan tidak hanya pemerintah namun seluruh lapisan masyarakat untuk aktif melakukan pencegahan COVID-19 mengikuti anjuran serta aturan yang sudah ditetapkan.
"Tolong lakukan pencegahan. Satu-satunya solusi COVID-19 adalah pencegahan. Jadilah garda terdepan, karena garda terdepan adalah masyarakat yang artinya kita semua," ujar Nurdiansyah.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ganet Dirgantara
COPYRIGHT © ANTARA 2020