Jakarta (ANTARA News) - Ekonom senior yang juga mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) Kwik Kian Gie mengatakan, penguatan rupiah saat ini bukan hal yang bisa dibanggakan.

Rupiah adalah mata uang yang rapuh bila dibandingkan dengan mata uang negara lainnya seperti baht Thailand sehingga rupiah yang saat ini berada di kisaran Rp10.200 bukan hal luar biasa, sambung Kwik di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, pada 1969 satu dolar AS sama dengan 20 baht Thailand atau setara dengan Rp380. Kini bath bertengger di level 38, sementara rupiah merosot menjadi Rp10.200.

"Bayangkan, baht hanya melemah tak lebih dari dua kalinya, rupiah melemah berlipat-lipat, jadi apa yang dibanggakan?" katanya.

Kwik mengkritik penerapan rezim devisa bebas oleh pemerintah Indonesia yang dinilai telah membuat fluktuasi rupiah sulit dikendalikan.

Selain itu, rezim devisa bebas telah membuat bersemayamnya dana-dana panas yang hanya ingin mengeruk keuntungan tapi tak memberikan manfaat bagi rakyat dan justru menjadi potensi krisis, berkeliaran bebas.

Ia menjelaskan, rezim devisa bebas membuat para pemilik dana bebas menempatkan uangnya baik di pasar uang maupun di pasar modal dan bebas keluar kapanpun diinginkan.

Ketika investor membutuhkan tempat untuk mencari keuntungan maka, mereka akan masuk ke pasar-pasar keuangan seperti pasar modal dengan menukarkan dolarnya pada rupiah untuk membeli saham di Indonesia.

Hal itu membuat permintaan rupiah menjadi bertambah dan inilah yang kemudian menguatkan rupiah sekaligus harga saham.

Namun setelah investor untung dengan peningkatan harga saham, maka mereka bisa keluar dari Indonesia setiap saat dengan menjual saham-sahamnya.

Hal ini membuat rupiah akan melemah dan harga saham akan anjlok. Apabila ada kekuatan bermodal besar, maka keadaan ini sangat membahayakan perekonomian negara.

"Sistem lalu lintas devisa yang bebas seperti kita miliki sekarang dapat dimanfaatkan kekuatan politik asing untuk menjatuhkan pemerintahan yang tidak disukai," katanya.

Caranya menurut dia, dapat dilakukan misalnya dengan uang 10 miliar dolar AS, maka kekautan politik yang ingin menjatuhkan pemerintah tersebut sedikit demi sedikit menukarkannya dalam bentuk rupiah sehingga rupiah menguat sedikit.

Setelah semuanya tertukar dan menjadi rupiah, kemudian dalam hitungan detik ditukarkan kembali langsung dalam bentuk dolar AS sehingga permintaan dolar meningkat tajam, dan rupiah melemah tajam. Apibila hal itu dilakukan berulang-ulang maka nilai tukar rupiah hancur.

Oleh karena itu, masuknya modal asing ke Indonesia jenis ini tidak membuat lapangan pekerjaan, karena bukan untuk dinvestasikan dalam sektor riil seperti membangun pabrik sehingga arus dana asing yang masuk ke Indonesia harus dikontrol.

"Hal seperti ini dapat dicegah dengan cara capital control (pengendalian arus mdoal) yaitu modal asing hanya boleh masuk untuk FDI (penanaman investasi langsung ke sektor riil seperti pembangunan pabrik)," katanya. (*)

Pewarta: luki
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009