Fernando de Noronha, Brasil (ANTARA News/AFP) - Brasil hari Kamis mulai menemukan puing-puing dari pesawat Air France yang jatuh di Atlantik, sementara petunjuk yang simpang-siur bermunculan mengenai penyebab musibah itu.

Pada waktu yang bersamaan di Rio de Janeiro, orang-orang Brasil keluarga dari sejumlah korban di pesawat yang membawa 228 orang itu menghadiri misa keagamaan bersama para menteri luar negeri Perancis dan Brasil.

Kapal-kapal Angkatan Laut Brasil yang pada Rabu gagal menemukan jejak para penumpang pesawat itu pada Kamis mengalihkan perhatian mereka pada penemuan puing-puing di laut.

Benda-benda itu diangkut ke Perancis, yang bertanggung jawab atas peyelidikan musibah udara itu, kata jurubicara angkatan udara Brigjen Ramon Borges Cardoso kepada wartawan di kota Recife, Brasil timurlaut.

Ia menambahkan, operasi pencarian puing-puing yang melibatkan 150 personel militer itu akan segera ditangguhkan jika ada mayat yang ditemukan, dan "prioritas utama adalah mambawa mayat ke daratan".

Sejumlah tim bersiaga di kepulauan Fernando de Noronha, Brasil, yang berjarak sekitar 700 kilometer, untuk menerima mayat dan mengirimnya ke Recife untuk diidentifikasi.

Pesawat Air France penerbangan AF 447 itu jatuh di Lautan Altantik 1.000 kilometer di lepas pantai timurlaut Brasil pada Senin pagi ketika sedang melakukan perjalanan dari Rio menuju Paris.

Penyebab kecelakaan itu masih belum diketahui.

Tidak ada panggilan darurat yang diterima pihak berwenang, dan komunikasi terakhir adalah serangkaian laporan pesan data yang mengisyaratkan pesawat Airbus A330 itu telah kehilangan tenaga dan sistem navigasi sebelum jatuh ke laut atau pecah.

Menteri Pertahanan Brasil Nelson Jobim mengatakan, ledakan di udara atau kebakaran "tidak mungkin" terjadi karena bahan bakar pesawat itu yang ditemukan mengambang di lokasi musibah tidak menyala.

Namun, seorang pilot perusahaan penerbangan Spanyol melihat kilasan cahaya putih ketika ia sedang terbang melewati daerah yang sama dengan pesawat Air France itu, kata perusahaan peberbangannya, Air Comet, kepada AFP pada Kamis.

Co-pilot rekannya dan seorang penumpang juga melihat kilasan cahaya itu, menurut informasi tersebut, yang pertama kali diberikan kepada surat kabar Spanyol El Mundo.

"Tiba-tiba, kami melihat di kejauhan kilasan cahaya putih yang kuat, yang mengukuti lintasan vertikal dan turun dan pecah dalam enam detik," kata kapten pesawat yang tidak disebutkan namanya itu.

Sementara itu, sebuah laporan di Perancis yang mengutip satu "sumber yang mengetahui penyelidikan kecelakaan itu" memperkirakan bahwa para pilot Air France itu mungkin terbang dengan "kecepatan yang salah" ketika menghadapi badai petir hebat yang mereka lewati.

Surat kabar Le Monde mengatakan di situs beritanya, perusahaan Airbus yang membuat pesawat itu bersiap-siap mengirim peringatan kepada operator ratusan jet A330 di dunia dengan advis baru mengenai penerbangan di tengah badai.

Airbus menolak berkomentar mengenai laporan tersebut. Namun, seorang pejabat perusahaan itu mengatakan, peringatan operasional kepada perusahaan penerbangan yang menggunakan jenis pesawat yang sama dengan yang mengalami kecelakaan merupakan prosedur standar.

Namun, seorang pensiunan pilot Jean Serrat mengatakan kepada AFP, jika badan keselamatan perbangan Perancis BEA yang bertanggung jawab atas penyelidikan pesawat Air France mengizinkan rekomendasi semacam itu, maka "itu karena mereka sangat mengetahui apa yang telah terjadi".

Jawaban pasti mungkin tersimpan di perekam suara kokpit dan data kotak hitam pesawat itu. Namun, kotak itu mungkin berada di dasar laut di kedalaman sedikitnya 3.000 meter di bawah perairan Atlantik.

Sangat sulit -- mungkin mustahil -- menemukannya, kata para ahli.(*)

Pewarta: mansy
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009