Jakarta (ANTARA News) - Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kuskrido Ambardi, menilai para kandidat capres dan cawapres yang bersaing dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 harus mengedepankan masalah perekonomian karena sekitar 34,5 persen responden menginginkan pemulihan ekonomi.

"Hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh LSI pada 25 Mei hingga 30 Mei 2009," katanya ketika dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

Jumlah responden pada survei itu sebanyak 2.999 responden di 33 provinsi di Indonesia, dengan "margin of error" sebesar 1,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, melalui wawancara secara tatap muka.

Survei tersebut dilakukan LSI atas permintaan Fox Indonesia (konsultan kampanye SBY-Boediono).

Hasil survei menyebutkan, para responden masih melihat krisis ekonomi yang terjadi sejak 1998 belum berlalu dan sekarang ditimpa krisis keuangan global.

"Para kandidat capres harus fokus ke masalah ini agar memperoleh dukungan dari masyarakat," katanya.

Terkait dengan masalah ekonomi itu, juga harus ditingkatkan daya beli masyarakat untuk kebutuhan pokok, lapangan pekerjaan, kondisi ekonomi petani dan buruh, pendidikan yang terjangkau dan pemerintahan yang bersih.

"Tidak ada isu SARA seperti agama dan kedaerahan. Isu tersebut hanya beredar di kalangan elit saja, sementara di kalangan masyarakat lebih condong masalah ekonomi," tuturnya yang biasa dipanggil Dodi.

Berdasarkan hasil survei itu menyatakan, munculnya opini pasangan SBY-Boediono kurang mewakili variasi santri-abangan, `Jawa non-Jawa`, ternyata tidak benar karena para santri lebih memilih SBY menjadi presiden ketimbang pasangan capres lainnya, Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto.

Ia menyebutkan, berdasarkan agama pasangan SBY-Boediono memiliki tingkat keterpilihan tertinggi, yakni sekitar 71 persen (Muslim) dan 47 persen (non-Muslim), Mega-Prabowo lebih condong didukung oleh masyarakat non-Muslim (37 persen) dibandingkan masyarakat Muslim (16 persen).

Responden Muslim sedikit memberikan pilihannya kepada pasangan capres JK-Wiranto, yang dianggap oleh kalangan elite sebagai pasangan yang mewakili umat, hanya mencapai 7 persen.

"Ini menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak punya pengaruh besar pada pilihan pasangan capres. Berarti isu agama yang beredar hanya di kalangan elite saja," ucapnya.

Dodi mengatakan, seluruh biaya survei ditanggung oleh Fox Indonesia, namun dirinya tidak tahu berapa besar dana yang diberikan oleh Fox untuk melakukan survei itu.

"Saya tidak tahu dananya berapa. Saya hanya melakukan riset saja kok," katanya seraya mengatakan proses perencanaan dan penentuan instrumen survei tidak dipengaruhi oleh si pembiaya.

Mengenai proses metodologi dan keakuratan data, ia mengaku berani memberikan jaminan.

"Saya jamin data ini akurat. Tidak ada pihak lain yang ikut campur dalam riset ini," ujarnya seraya menambahkan sejumlah partai juga menggunakan lembaganya untuk melihat persepsi publik mengenai berbagai hal.(*)

Pewarta: anton
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009