Semarang (ANTARA News) - Guru Besar Manajemen Lingkungan, Prof. Sudharto Prawata Hadi mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat agar tidak berhenti pada acara prolingkungan yang bersifat simbolik, tetapi mulai benar-benar menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

Menurut dia di Semarang, Sabtu, acara "Car Free Day" atau Hari Bebas Asap Kendaraan yang dilaksanakan pada Minggu (7/6) harus disertai program kelanjutannya.

Ia mengingatkan, acara yang akan berlangsung di Simpanglima, Jalan Pahlawan, dan halaman parkir Kantor Gubernur Jateng itu baru akan berarti jika ada program yang berkelanjutan.

"Yang akan dilaksanakan besok pagi (Minggu) itu hanya simbol," kata guru besar FISIP Undip Semarang itu.

Menurut dia, untuk menindaklanjuti acara tersebut, hal yang bisa dilakukan oleh pemerinah setempat adalah menerapkan manajeman transportasi ramah lingkungan, agar tujuannya tercapai.

Ia menambahkan, dengan melaksanakan program-program nyata dan perilaku hidup yang ramah lingkungan, acara "Car Free Day " baru bisa dinilai berhasil. "Sudah seharusnya polusi udara di Semarang dikurangi," katanya.

Selain itu, menurut dia, pemerintah harus menyosialisasikan kepada warga agar memakai kendaraan yang lebih ramah lingkungan.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang yang memprakarsai acara ini, Ulfi Imron Basuki mengatakan, "Car Free Day" akan dimulai pukul 05:00 hingga 12:00 WIB.

"Jalan menuju Simpang lima akan ditutup. Saya harap pengguna jalan melewati jalan lain," katanya.

Ulfi menambahkan, kegiatan itu bertujuan untuk membuka kesadaran warga agar bersikap lebih ramah lingkungan, apalagi Semarang saat ini mulai terancam polusi akibat pertumbuhan kendaraan bermotor.

Menurut catatan, kegiatan simbolik yang menggugah kesadaran pentingnya lingkungan hidup sudah berulang-ulang dilakukan, namun selama ini belum disertai dengan implementasi atas kebijakan yang prolingkungan hidup.

Upaya Pemkot Semarang mengurangi populasi kendaraan bermotor dengan meluncurkan "bus rapid transport" (BRT) juga masih menghadapi kendala sehingga pengoperasiannya ditunda dari jadwal sebelumnya pada awal Mei 2009.

Selain itu, upaya mengonversi kendaraan umum berbahan bakar premium dan solar ke bahan bakar gas juga belum menunjukkan tanda-tanda akan dimulai, padahal pengalihan bahan bakar ini bisa mengurangi emisi gas buang secara signifikan.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009