Pontianak (ANTARA News) - Konsul Malaysia di Pontianak, Zairi M Basri, mengatakan kapal militer Malaysia tidak sengaja masuk ke kawasan perairan Ambalat, Kalimantan Timur, sehingga memicu persoalan tapal batas antara Malaysia dan Indonesia.

"Saya yakin kapal militer Malaysia tidak menyadari mereka telah masuk perairan Ambalat," kata Zairi M Basri, saat memberikan keterangan pers, di Pontianak, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya penyelesaian mengenai tapal batas di perairan Ambalat diselesaikan secara damai oleh pemimpin kedua negara.

"Menteri pertahanan kami juga berharap penjagaan tapal batas di perairan Ambalat untuk sementara di kosongkan agar tidak memicu pertikaian," katanya.

Zairi M Basri mengatakan khawatir akan ada pertikaian jika penjagaan militer di Ambalat ditingkatkan oleh pihak RI maupun Malaysia.

Ia menambahkan, Indonesia dan Malaysia masih berada dalam satu kawasan sehingga unsur persaudaraan tetap kental.

Selain Ambalat, permasalahan seputar batas kedua negara di lokasi lain juga masih dalam tahap negosiasi.

Sebelumnya, Komandan Korem 121/Alambhana Wanawai, Kolonel (Inf) Nukman Kosadi mengingatkan seluruh komponen untuk waspada terkait sikap Malaysia yang mencoba memprovokasi Indonesia di perairan Ambalat.

"Kita tetap waspada, dan hati-hati. Karena terkadang dia (Malaysia) mengkondisikan seperti itu," katanya.

Ia mencontohkan sengketa Pulau Sipadan - Ligitan yang akhirnya dikuasai oleh Malaysia.

Awal pekan lalu, kapal perang TNI AL KRI Untung Surapati-872 mengusir kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM), KD Yu-3508 yang mencoba memasuki wilayah kedaulatan Republik Indonesia di perairan Blok Ambalat.

Sehari sebelumnya, KRI Hasanudin-366 juga mengusir KD Baung-3509 dan heli Malaysian Maritime Enforcement Agency serta pesawat Beechraft yang juga mencoba memasuki wilayah Blok Ambalat.

Berdasarkan data TNI AL, pelanggaran wilayah oleh unsur laut dan udara TLDM maupun Police Marine Malaysia di Perairan Kalimantan Timur, khususnya di Perairan Ambalat dan sekitarnya, periode Januari sampai April 2009, tercatat sembilan kali.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009