Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) masih mengimpor 40 persen kebutuhan bahan bakar minyak nasional karena keterbatasan produksi BBM dari kilang domestik.

"Kapasitas kilang Pertamina hanya 1,030 juta kiloliter per tahun. Sementara, kebutuhan BBM nasional sekitar 1,4 juta kiloliter per tahun," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Achmad Faisal, di hadapan Komisi VII DPR-RI di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, lanjut Faisal, Pertamina masih harus mengimpor BBM dari luar negeri. Kekurangan pasokan BBM yang harus diimpor setiap tahunnya sebesar 40 persen dari kebutuhan nasional.

Untuk BBM jenis premium, jelas dia, tahun 2009 ini Pertamina akan mengimpor 8,8 juta kiloliter. Produksi Premium dari kilang Pertamina hanya 10,9 juta kiloliter sementara kebutuhan Premium nasional sebesar 19,7 juta kiloliter.

Faisal menambahkan untuk BBM jenis solar Pertamina akan mengimpor 6,3 juta liter untuk menutupi kekurangan produksi kilang domestik yang sebesar 16,7 juta kiloliter. Kebutuhan Solar nasional adalah sebesar 22 juta kilo liter.

Namun, kata dia, untuk BBM jenis kerosene (minyak tanah) dan avtur (Aviation turbine) Pertamina patut berbangga karena telah mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan bahkan telah mulai mengekspor Avtur.

"Akibat dari suksesnya program konversi minyak tanah ke LPG ukuran 3 kilogram, maka saat ini kita tidak perlu lagi mengimpor kerosene dan Avtur", jelas Faisal.

Menurut Faisal, produksi kerosene dari kilang domestik adalah sama dengan kebutuhan nasional yang sebesar 5,9 juta kilo liter.

Sementara itu, produksi Avtur dalam negeri yang saat ini sebesar 1,8 juta kilo liter, sekitar 1 juta kilo liter diantaranya telah diekspor.

"Sejak bulan April tahun ini, Pertamina telah mulai mengekspor Avtur ke Singapura", papar dia.

Faisal selanjutnya berharap agar kilang-kilang dalam negeri yang memproduksi BBM jenis Premium dan Solar segera ditingkatkan kehandalannya. (*)

Pewarta: heru
Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009