Jakarta (ANTARA) - Bek klub Bali United Gunawan Dwi Cahyo tidak risau dengan larangan mudik yang akan diterapkan pemerintah mulai tanggal 24 April 2020 karena pandemi penyakit virus corona (COVID-19).

“Pasti nanti ada waktu untuk pulang. Yang penting semua keluarga sehat. Itu saja sudah bersyukur,” ujar Gunawan ketika dihubungi Antara dari Jakarta, Rabu.

Bek berusia 31 tahun itu kerap mudik ke kampung halamannya di Jepara, Jawa Tengah, untuk merayakan Lebaran. Terakhir kali dia melakukannya pada tahun 2019.

Meski demikian, Gunawan mengambil hikmah dari situasi pandemi ini. Salah satunya, dia menyebut, adalah kebersamaan dengan keluarga.

Baca juga: Bali United perpanjang masa libur para pemain

Baca juga: Pelatih Bali United ingatkan pemain soal berat badan


Sebelum datangnya virus penyebab COVID-19 itu, Gunawan lebih sering menghabiskan masa puasa bersama rekan-rekannya di klub.

Namun, saat ini, pria yang pernah membantu Persija juara Liga 1 Indonesia 2018 tersebut dapat melalui puasa di rumah bersama istri dan anak-anaknya di tempat tinggal mereka di Bogor, Jawa Barat, karena kompetisi Liga 1 Indonesia 2019 diliburkan akibat COVID-19.

“Sekarang bisa puasa bersama keluarga,” kata Gunawan.

Pandemi COVID-19 membuat pemerintah mengeluarkan larangan mudik pada bulan Ramadhan, atau masa puasa, dan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah di wilayah Jabodetabek, daerah yang tengah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta zona merah virus corona mulai 24 April 2020 demi menekan laju penyebaran COVID-19.

Baca juga: Presiden larang seluruh masyarakat mudik

Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Menteri Perhubungan ad interim Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa larangan mudik itu tidak memperbolehkan lalu lintas orang untuk keluar dan masuk wilayah yang disebutkan di atas khususnya Jabodetabek.

“Namun, logistik masih dibenarkan. Masih juga diperbolehkan arus lalu lintas orang di dalam Jabodetabek atau yang dikenal dengan istilah aglomerasi," ujar Luhut.

Transportasi massal di Jabodetabek seperti kereta rel listrik (KRL) juga tetap beroperasi.

"Hal itu mempermudah masyarakat tetap bekerja khususnya tenaga kesehatan. Jadi saya ulangi, KRL tidak akan ditutup ini untuk 'cleaning service', (pekerja) rumah sakit dan sebagainya karena mereka banyak dari hasil temuan kami yang naik KRL Bogor-Jakarta, itu bekerja dalam bidang-bidang tadi," tutur Luhut.

Baca juga: MUI: Tidak mudik sama dengan jihad kemanusiaan

Baca juga: Tidak mudik, atau bisa berakhir seperti krisis wabah di Italia


Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2020