Bali (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, subsidi pertanian negara maju saat ini lebih besar dibandingkan dengan subsidi yang diberikan pemerintah kepada petani Indonesia sehingga menyulitkan Indonesia mengekspor hasil pertanian ke negara tersebut.

"Indonesia sangat kecil kalau dibanding subsidi di negara maju, yang biasanya memberikan subsidi luar biasa besar. Jadi untuk Indonesia nggak usah khawatir (bahwa subsisi pertanian masih ada), karena pertama dari sisi `budget` atau APBN, subsidi selalu dibahas sangat detail oleh DPR. Jadi dalam hal ini kebutuhan untuk melindungi masyarakat kita sudah dibahas dengan dewan," katanya di Bali akhir pekan.

Ia mengatakan dalam konteks global, besarnya subsidi yang diberikan oleh negara-negara maju tersebut membuat sulitnya menembus pasar ekspor pertanian di negara-negara itu.

Sementara saat ini di berbagai negara, proteksionisme menjadi respon dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi meski banyak negara menyampaikan bahwa mereka harus menghindari proteksionisme.

Jutsru, menurut Menkeu, menjadikan tantangan yang berat terhadap pemulihan perekonomian dunia, terutama di sisi perdagangan dunia.

"Ini akan menjadi tantangan paling berat dalam recovery pertumbuhan ekonomi dunia karena meski hampir semua negara menyampaikan mereka harus menghindari kebijakan proteksionisme karena akan memperburuk perekonomian dunia, tapi dalam kenyataannya mereka biasanya sangat tergantung pada sentimen nasionalisme yang memang cenderung akan memproteksi kepentingan nasional. Dan itu wajar dilakukan semua negara," katanya.

Ia menambahkan apabila negara seperti Indonesia, China dan India menunjukan kinerja perekonomian yang baik dan memberikan kepercayaan terhadap pemulihan perekonomian, maka kebijakan proteksionisme yang dilakukan berbagai negara saat ini dapat dirundingkan lebih rasional, sehingga tidak menghambat perdagangan.

"Tapi saya anggap dari tahun 2009 ke 2010 proses ini sifatnya akan gradual. Kalau ekonomi masing-masing semisal China, India dan Indonesia sudah menunjukkan hal yang positif dan secara internasional sekarang menunjukkan semacam keyakinan awal, kita tak boleh terlena, tapi adanya keyakinan ini menggambarkan adanya confidence yang mulai pulih. Ini biasanya bisa memberikan ruangan pada pembicaraan kebijakan negara yang lebih rasional," katanya.

Menkeu mengatakan, dalam pertemuan terakhir para menteri perdagangan di Bali, tengah dibahas mengenai keseimbangan yang sesuai dan bisa diterima terkait dengan perdagangan dunia. Dengan demikian dapat dicarikan jalan tengah terkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi di dalam negeri serta kebutuhan pemulihan ekonomi jangka panjang.

"Dalam pertemuan terakhir para menteri perdagangan di Bali, mereka akan mencari suatu titik balance yang acceptable dari kebutuhan jangka pendek yang biasanya sangat urgent untuk membuat perekonomian masing-masing negara itu bisa recovery atau pulih kembali, tapi pada sisi yang lain mulai membuka hubungan perdagangan untuk kembali mempercepat pemulihan. Pembahasan ini masih akan terus berlangsung," katanya.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009