Depok,(ANTARA News) -Pengamat Politik dari Universitas Indoenesia (UI), Boni Hargens mengatakan wacana yang dikembangkan bahwa pilpres hanya satu putaran dinilai tidak realistis dan lebih mengada-ada.

"Tidak realistislah pilpres bisa dilakukan hanya dalam satu putaran," kata Boni, ketika di hubungi ANTARA, di Depok, Senin.

Dikatakannya pilpres satu putaran hanya psywar atau perang urat syaraf saja. Ini hanya justifikasi pembenaran sebelum terjadi. "Kalau nanti memang terjadi pasti ada kecurangan, jadi hanya sebagai legitimasi kecurangan saja," katanya.

Wacana pilpres satu putaran harus segera dihilangkan, karena tidak berdasarkan argumentasi yang jelas. Banyak masalah yang masih terjadi seperti msalah Daftar Pemilih Tetap (DPT), yang tidak dilakukan secara komprehensif di berbagai daerah.

"Prosesnya bermasalah," jelasnya.

Menurut dia, hitung-hitungan yang dilakukan berdasarkan hasil pemilu legislatif yang menujukkan Megawati Soekarnoputri dengan partainya PDIP bisa memperoleh 18 persen ditambah dengan 9 persen suara yang disumbangkandari Parabowo Subianto.

"Jika keduanya digabungkan bisa mencapai 27 persen," katanya.

Sedangkan Capres dan Cawapres Jusuf Kalla-Wiranto yang berdasarkan hasil survei akhir-akhir ini elektabilitasnya semakin meningkat, melalui gebrakan-gebrakan yang dilakukannya, terutama dengan dukungan yang berbasis Islam yang anti neoliberlisme.

Mereka, kata dosen ilmuPolitik UI tersebut dengan Golkar dan Hanuranya diperkirakan bisa memperoleh angka 26 persen. Jadi sisanya hanya sekitar 43 persen.

"Jadi saya kira pilpres tidak berlangsung satu putaran," katanya.

Dikatakannya hasil survei yang menyatakan turunnya elektabilitas Capres dan cwapres Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dapat dipastikan pilpres berlangsung dalam dua putaran.

"Tidak ada logikanya pilpres satu putaran. Pilpres akan berjalan dua putaran," tegasnya.

Boni juga menilai angka golput dalam pilpres kali ini akan meningkat dibandingkan dengan golput yang terjadi pada pemilu legislatif yang lalu.

"Golput yang jelas akan meningkat." katanya.

Selain itu kata Boni 60 persen pemilih merupakan pemilih"swing voter" (massa mengambang).Pemilih tersebut tidak bisa dipastikan memilih siapa dalam pilpres mendatang.(*)

Pewarta: mansy
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009