Jakarta (ANTARA News) - Disamping mengkritik lawannya Calon Wakil Presiden Boediono karena menyampaikan pernyataan normatif, Calon Wakil Presiden Wiranto mengungkapkan kekhawatirkannya atas nasib bangsa Indonesia yang tidak lagi mengetahui jati dirinya dan telah terdegradasi falsafah moralnya (Pancasila).

Selain itu, Indonesia juga menjadi bangsa pengutang terbesar sehingga dilecehkan negara tetangga dalam kasus Ambalat, demikian Wiranto dalam debat calon wakil presiden yang disiarkan langsung satu stasiun tv swasta, Selasa.

"Kondisi seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan harus ada perubahan," ujar Wiranto seraya menyatakan solusinya adalah dengan menghadirkan kepemimpinan bangsa yang kuat dalam menyelesaikan berbagai masalah.

Wiranto yang mengawali dan mengakhiri pidatonya dengan menyanyikan penggalan dua lagu, mengatakan bahwa membangun jiwa dan badan bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membentuk jati diri bangsa.

Debat cawapres putaran pertama yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta itu mengambil tema "Pembangunan Jati Diri Bangsa" serta dipandu moderator Komarudin Hidayat, Rektor UIN Jakarta.

Saat sesi tanya jawab, Wiranto diantaranya menyampaikan bahwa akar masalah sejumlah persoalan bangsa seperti konflik dan kesenjangan sosial ada pada tidak terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat.

Oleh karena itu, solusinya adalah membangun perekonomian yang lebih memihak dan memberdayakan rakyat.

Menjawab pertanyaan seputar maraknya kecelakaan transportasi saat ini, Wiranto mengatakan bahwa kecelakaan yang berulang kali itu tidak bisa lagi disebut sekedar musibah, tetapi karena tidak adanya kepedulian dari mereka yang seharusnya bertanggungjawab.

"Kalau kecelakaan itu sekali (namanya) musibah. Dua kali kelalaian dan lebih dari dua kali ketidak pedulian," ujarnya yang langsung mendapat aplaus hadirin.

Pemerintah, ujarnya, tidak bisa lepas tangan begitu saja atas semua kejadian itu karena konstitusi mengamanatkan negara untuk melindungi tumpah darah bangsa Indonesia.

Tentang hubungan agama dengan negara, Wiranto mengkritik Cawapres Boediono yang dinilainya memaparkan hal-hal normatif sehingga dalam tataran praktisnya justru membingungkan.

Boediono berpendapat bahwa agama harus ditempatkan pada posisi yang terhormat dan terpisah dengan dunia politik.

"Jadi tidak akan ada bohong, tega dan nipu," ujar Wiranto dan kembali mendapat sambutan tepuk tangan hadirin. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009